Renungan Sinode GPIBK Edisi 1

COVER BUKU RENUNGAN EDISI 1

 Tema             :Hidup Yang Di Gerakan Oleh  Roh Kekuatan, Kasih Dan Ketertiban

Bacaan            :2 Timotius 1:3-18

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena hidup ini adalah anugerah semata dari Tuhan, kita dapat menikmati persekutuan ibadah minggu pertama di bulan Oktober karena kasih dan setia Tuhan. Tentunya kita harus tetap waspada dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih menjadi pergumulan kita bersama tetapi kita percaya bahwa oleh Rok Kudus kita tetap di beri semangat dan hidup yang berpengharapan hanya kepada pertolongan Tuhan semata.

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Dalam situasi yang masih membuat segala terbatas dan dalam kewaspadaaan maka pasti orang Kristen pun hampir tidak banyak hal yang bisa lakukan. Kita harus sadar bahwa tugas utama gereja adalah antara lain harus terus bersaksi, namun kadang semua sudah sangat terbatas. Dan bahkan karena pergumulan dunia membuat banyak orang hampir tidak simpati untuk bersaksi Tuhan yang Mahamulia.

Apa itu bersaksi secara umum dapat dipahami sebagai kesempatan untuk menyampaikan kepada orang lain tentang kebenaran dan kasih Tuhan, Tuhan yang mengasihi umatNya, namun saat ini masih banyak orang yang tidak mau bersaksi. Apa yang menghalangi orang Kristen untuk bersaksi? Ada banyak alasan, ada yang bilang tidak tau caranya, tidak mau disebut fanatik, bingung harus ngomong apa, tidak punya waktu dan sebagainya. Dari semua alasan yang disebutkan sebenarnya hanya sekedar alasan untuk tidak mau bersaksi, tidak mau menyampaikan kabar sukacita dari Tuhan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Melalui surat penggembalaannya rasul Paulus kembali membangkitkan semangat terhadap  muridnya, yaituTimotius untuk kembali bersemangat bersaksi. Paulus mengingatkan kepada Timotius, bahwa dari kecil, nenek dan ibunya telah mendidiknya dalam iman kepada Yesus Kristus. Iman yang ada pada nenek dan ibunya itu ada pada diri Timotius. Iman itu harus terus bertumbuh dan sampai akhirnya menghasilkan banyak buah. Bersaksi dan melayani adalah salah satu proses untuk menumbuhkan iman kita.

Dengan demikian warga gereja harus terus bersemangat saling menggembalakan mengingatkan diantara anggota keluarga. Setiap keluarga :orang tua ayah dan ibu saling mendidik mengawasi terhadap kehidupan anak-anak dalam pertumbuhan rohani di rumah. Kalau memang kesempatan bersekutu sangat terbatas tetapi masih ada kesempatan untuk kita saling menopang dan memberi semangat dalam kasih dan pemeliharaan Tuhan. Seorang kepada yang lain mungkin melalui media sosial kita dapat saling melayani dan memberi semangat. Mengirim ayat Alkitab yang inspiratif di group atau komunitas sebagai media bersaksi.

Demikianlah kesungguhan kita dalam mempersiapkan anak-anak kita/generasi muda. Membesarkan mereka di dalam pertumbuhan iman yang benar dan baik, sehingga mereka tidak hanya mampu untuk bertahan tetapi juga mampu untuk menyerang. Artinya tidak lagi hanya sebatas mereka dapat bertahan dalam berbagai tantangan jaman, tetapi mereka justru mampu untuk menyatakan kebenaran Tuhan dalam kehidupannya, menjadi pemberita Injil generasi kreatif melalui sikap dan pengaruh yang positif di sekitarnya.

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Ketika Timotius dipilih menjadi penatua jemaat melalui doa penumpangan tangan rasul, ia telah menerima karunia pelayanan dari Allah. Karunia itu tidak boleh mati, harus dikobarkan dengan cara bersaksi dan melayani orang lain. Timotius adalah penatua berusia muda yang kadangkala ragu dan kurang percaya diri dalam menjalankan tugas pelayanannya, maka Paulus memberikan dorongan semangat kepadanya, bahwa dalam dirinya ada karunia Allah yang dahsyat yang tidak boleh dipendam untuk diri sendiri. Karunia Allah itu seperti api, semakin dipakai semakin berkobar, semakin tidak dipakai semakin padam.

Gereja yang di dalamnya adalah perkumpulan orang percaya adalah persekutuan yang memilki karunia dari Tuhan, sehingga dalam menghadapi masalah apapun di dunia kita harus berani menghadapi dan menyelesaikan sebab ada Roh Tuhan yang mampu memberi semangat dan mampu berbuat yaitu Roh Hikmat, Roh Keberanian, Roh Kesetiaan, Roh Kejujuran,Roh kehebatan dan Roh Kesuksesan, Roh yang mampu mendengar dan bersyafaat untuk kita, Tuhan menaruh Roh semangat bukan Roh ketakutan dan kekuatiran yang hanya membuat kita patah semangat dan pasrah, yang menjadikan kita kehilangan berkat dan pengharapan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Paulus mengingatkan Timotius, bahwa Allah tidak memberikan kepadanya roh ketakutan tetapi roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Ketakutan itu berasal dari manusia yang takut dan ragu-ragu maka harus dilawan dan diusir dari hati kita. Roh yang dari Allah membuat kita memiliki kuasa untuk bersaksi, untuk melayani dan memimpin orang dalam hidup yang tertib sebagaimana diajarkan firman Allah.

Jadi bersaksi harus merupakan tindakan ketaatan. Jika kita melakukannya maka iman kita akan bertumbuh, karunia kita akan berkobar dan roh kita semakin kuat, penuh kasih dan tertib. Roh yang dari Allah membuat kita memiliki kuasa untuk bersaksi, kasih untuk melayani dan memimpin orang dalam hidup yang tertib. Setiap orang yang percaya kepada Kristus Yesus menerima karunia dari Tuhan, yaitu Roh Kudus (bnd. 1 Korintus 12:7). Karunia Roh yang diberikan kepada setiap orang bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi adalah untuk penyataan kerajaan Allah. Maka setiap orang percaya terpanggil untuk ikut serta dalam pekerjaan Tuhan, ikut serta dalam penyataan kerajaan Allah di dunia ini.

Iman kita harus tetap aktif. Iman yang ada dalam diri kita akan bekerja, berbuat sesuai dengan Karunia yang diberikan kepada setiap orang. Iman itu bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain. Untuk itu atas kebenaran firman Tuhan, marilah kita kobarkan semangat bersaksi, dan melayani sesuai karunia yang kita miliki sehingga semakin banyak orang yang mengenal Kristus dan untuk pertumbuhan misi gereja di dunia, apakah kita siap untuk bersaksi? Apa yang bisa kita perbuat untuk Tuhan dan GerejaNya? Amin.

 

 

Tema              :Menjadi Saksi Di Zaman Kasih Karunia

Bacaan            :Ibrani 12:8 – 29

Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,

Menghadap atau ingin bertemu dengan seorang pejabat atau pemimpin tidak semudah dengan menghadap atau bertemu dengan teman biasa atau kerabat. Kalau mau bertemu dengan bupati atau  gubernur dan atau presiden biasanya punya aturan tersendiri yang harus di patuhi. Contoh : harus  menulis surat secara resmi, menyampaikan maksud pertemuan, kemudian di jadwalkan kapan kira-kira sang pejabat punya waktu untuk bertemu. Pertemuan juga dibatasi dengan durasi waktu kira-kira lima belas menit, tiga puluh menit, atau satu jam. Berapa orang yang bisa masuk atau hadir dalam pertemuan itu. Siapa orangnya, apa jabatannya, siapa yang memulai pembicaraan. Belum  lagi kalau sudah tiba waktunya, tidak langsung masuk menghadap, namun harus melapor terlebih  dahulu dengan membawa kartu identitas dan menunjukan pada petugas jaga, juga diperiksa barang-barang bawaan, menunggu di ruang tunggu, dalam jadwal yang sudah ditentukan baru bisa masuk. Dalam pembicaraan dengan para pejabat tidak sembarangan, percakapan harus di jalani dengan  tenang, sopan dan tidak boleh berbelit-belit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dunia  ini untuk bertemu dengan pejabat atau pemimpin biasanya butuh perjuangan karena tidak sembarang orang dapat bertemu dengan para pejabat. 

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Ketika surat Ibrani ini ditulis sekitar tahun 67-69 M,  Jemaat Ibrani adalah suatu jemaat yang terus-menerus mengalami tekanan dan mungkin mereka akan murtad dari kepercayaan mereka kepada  Kristus. Penulis surat Ibrani berusaha mendorong mereka supaya tetap berpegang teguh pada keyakinan mereka yang semula. Penulis menunjukan dan meyakinkan Jemaat Ibrani bahwa Yesus  Kristus adalah wujud pernyataan Allah yang sempurna.

Pembacaan kita saat ini Penulis Kitab Ibrani membandingkan proses perjumpaan dengan Allah pada zaman Israel (zaman Perjanjian Lama) dan zaman Perjanjian Baru. Perjumpaan dengan Allah  pada zaman Israelyaitumereka menghadapi sesuatu yang bisa diraba, yaitu Gunung Sinai dengan apinya yang bernyala-nyala; mereka menghadapi kegelapan, kekelaman dan angin ribut; mereka menghadapi bunyi terompetdan bunyi suara yang hebat. Ketika orang-orang Israel mendengar suara itu, mereka meminta dengan sangat supaya suara itu tidak berbicara lagi kepada mereka. Sebab mereka tidak tahan mendengar perintah yang disampaikan oleh suara itu. Karena suara itu  berkata : “Semua yang menyentuh gunung ini tidak peduli apakah itu binatang atau siapapun juga, harus dilempari dengan batu sampai mati.” Apa yang dilihat oleh orang-orang Israel itu begitu hebat dan dahsyat sampai Musa berkata, “Saya takut dan gemetar!” (ayat 18-20). Sedangkan perjumpaan dengan Allah pada zaman Perjanjian Baru berbeda. Dijelaskan oleh penulis kitab Ibrani bahwa umat telah datang ke Bukit Sion dan kota Allah yang hidup, yaitu Yerusalem yang di surga dengan beribu-ribu malaikatnya. Umat mengikuti suatu pertemuan yang meriah, pertemuan anak-anak sulung Allah yang nama-namanya terdaftar didalam surga. Umat datang menghadap Allah, sebagai Hakim seluruh umat manusia. Umat menghadapi roh orang-orang baik, yang sudah di jadikan sempurna. Umat menghadap Yesus sebagai Pengantara untuk perjanjian yang baru itu. Umat menghadap darah percikan yang menjamin hal-hal yang lebih baik dari pada yang di jamin  oleh darah Habel. (ayat 22-24).

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Perbedaan tajam antara pemberian hukum dalam Perjajian Lama pada zaman Israel dan Perjanjian Baru yang di bawa oleh Yesus Kristus dengan membandingkan dua gunung yaitu Gunung Sinai dan Gunung Sion. Situasi yang di gambarkan di Gunung Sinai yaitu keagungan Allah yang terlihat  pada tabiat yang tidak dapat di hampiri oleh orang berdosa. Tabiat yang di nyatakan dengan kekudusanNya yang menyala-nyala. Semua sifat yang disebutkan itu hendak menyatakan kedasyatan hadirat Allah. Yang mencoba mendekat pasti mati. Itulah pengalaman Bangsa Israel, penuh rasa takut. Takut untuk melihat dan takut untuk mendengarkan.  Sedangkan dalam Perjajian  Baru di gambarkan dengan Gunung Sion yang menjadi sasaran tujuan. Dalam Perjajian Baru, umat  tidak perlu lagi pergi ke gunung yang tidak bisa di sentuh dan penuh kekelaman, namun harus  mendengar suara Yesus sebagai Batu Karang Keluputan, Batu Penjuru yang membawa Sentosa dan keselamatan abadi. Ayat 22 berkata : “Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke Kota Allah  yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, “Keselamatan dinyatakan melalui percikan darah Kristus yang jauh lebih unggul dari pada darah binatang yang dipersembahkan oleh Habel (ayat 24). Akhirnya umat menerima kerajaan yang  tidak  tergoncangkan  (ayat 27), dan itulah hidup yang sesungguhnya, yaitu hidup yang kekal.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Melalui bacaan kita hari ini kita mau mencatat beberapa maksud Firman Tuhan yaitu :

  1. Dalam masa Perjanjian Lama umat hidup dibawah Hukum Taurat yang penuh ketakutan, kebingungan dan kekelaman. Takut untuk melihat, takut untuk mendekat, takut untuk menyentuh, takut untuk mendengarkan.
  2. Dalam masa Perjanjian Baru umat hidup dibawah kasih karunia melalui perantaraan Yesus Kristus sebagai penggenapan persembahan pada masa Perjanjian Lama.
  3. Umat diajak untuk tidak menolak Yesus namun menerima dan mendengarkan sebab Dia adalah Allah yang telah menyatakan diri dalam rupa manusia, dan jika umat tidak mendengar dan menolakNya, maka umat akan mendapatkan hukuman yang menghanguskan (29).
  4. Atas kehidupan dalam masa kasih karunia, umat diajak untuk mengucap syukur dan hidup beribadah kepada Allah di dalam Yesus Kristus sebagai sumber kasih karunia (28).

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui Firman Tuhan hari ini mengingatkan dan mengajak kita sebagai umat Perjanjian Baru yang hidup di bawah kasih karunia, bahwa perjumpaan kita dengan Allah didalam Yesus Kristus tidak sesulit pada masa Perjanjian Lama, bahkan tidak sesulit dan seribet dengan perjumpaan pejabat atau  pemimpin dunia.  Semua dapat dinyatakan dalam doa permohonan secara pribadi dan persekutuan kepada Allah didalam Yesus Kristus Perantara kita. Yesus telah merobek tabir ketakutan itu dan telah di ubahnya menjadi tirai sukacita dan keselamatan. Dalam zaman kasih karunia ini Yesus Kristus telah merobek tirai pemisah antara kita dengan Allah, dan telah memungkinkan kita untuk bebas berjumpa dengan Allah dalam situasi apapun itu, apakah suka atau duka, gagal atau sukses, sengasara atau Bahagia, menangis atau tertawa, dalam rumah atau diluar rumah, dll, mari kita  manfaatkan kesempatan ini dengan terus dekat kepada Allah dalam doa dan pujian serta hidup  dalam melakukan firmanNya sehingga Allah ada dalam kita dan kita ada dalam Allah.  Karena itu  dalam suatu arak-arakan orang percaya, marilah kita tetap hidup dalam Dia, dan dengan tiada henti-hentinya, mewartakan berita sukacita ini kepada dunia dan semua orang agar mereka juga mengalami hidup dalam kasih karunia. Amin

 

 

 

Tema              :Kejarlah Kekudusan dan Persaudaraan

Bacaan            :1 Petrus 1:13-25

Jemaat yang dikasihiTuhan,

            Perjalanan dan pengalaman hidup yang kita alami, dijalani dalam berbagai situasi. Dan dalam berbagai situasi yang ada, mungkin kita bertanya, apakah dunia kita sekarang semakin baik atau semakin buruk? Bisa semakin baik, bisa juga semakin buruk. Semakin baik karena berbagai kemajuan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Banyak rahasia diri dan alam dapat diungkapkan, dan dunia terasa semakin kecil sebab orang dapat bepergian pergi pulang ke ujung dunia dengan waktu yang singkat dengan sarana transportasi yang canggih. Demikian juga dapat berkomunikasi bagaikan berhadapan langsung padahal ada ditempat yang jauh, di benua yang lain, bahkan dapat berkomunikasi langsung dengan orang yang ada diluar angkasa. Hal itu dapat terjadi karena adanya sarana komunikasi yang canggih.

Tapi mengapa juga dunia kita semakin buruk? Karena banyak hal buruk? Karena banyak hal buruk yang terjadi dan dunia ini semakin jahat. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, orang dapat dengan mudah membinasakan hidup orang lain. Misalnya melalui penembakkan, bom, gas beracun, rekayasa genetic, serta penggunaan zat-zat kimia lainnya yang berujung pada kematian. Lebih khusus lagi ada banyak warga gereja yang semakin kehilangan identitas diri sebagai murid-murid Kristus, ibarat pelita yang padam atau garam yang tawar.

Begitu banyak persoalan yang terjadi di sekitar kita. Apakah kita hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa? Apakah kita harus pasrah karena persoalannya sulit, berat dan mengandung resiko? Tentu saja tidak. Tapi, bagaimana kita menghadapi hal ini? Bagaimana dan dimana serta dengan siapa kita harus memulainya sehingga kita dapat mengambil bagian terhadap perobahan dunia yang lebih baik, untuk memenangkan banyak orang keluar dari kegelapan kepada terang Yesus Kristus yang menyelamatkan?

Mari kita belajar dari bagian Alkitab saat ini. Murid-murid Kristus (orang Kristen) di masa rasul Petrus, mengalami banyak penderitaan, penyiksaan dan penganiayaan karena iman dan ketaatan kepada Yesus Kristus.

Rasul Petrus juga mengalami penganiayaan. Ia diancam, dipukul dan dipenjarakan. Dia juga menyaksikan bagaimana orang Kristen mati dan kemudian mereka terserak. Dan untuk meneguhkan iman orang-orang Kristen yang telah terserak itu, Petrus menulis surat ini untuk memberikan penghiburan, pengharapan dan mendorong mereka agar tetap setia kepada Kristus.

Dia mengawali suratnya dengan mengucap syukur kepada Allah atas keselamatan dan menjelaskan kepada pengikut Kristus di masa itu, bahwa pencobaan akan memurnikan iman mereka. Sebagai respon atas keselamatan yang luar biasa itu, jemaat diingatkan untuk hidup kudus, penuh rasa hormat dan rasa takut serta percaya kepada Allah, bersikap jujur dan penuh kasih serta menjadi serupa dengan Kristus. Hal itu harus menjadi gaya hidup, identitas, jati diri, ciri khas murid-murid Kristus walaupun mereka harus mengalami tekanan dan penderitaan oleh karena iman kepada Kristus.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

 Dengan dasar iman, pengharapan dan kasih, Petrus menasihati jemaat untuk hidup dalam kebenaran dan kasih persaudaraan. Mereka harus mengendalikan pikiran, waspada terhadap segala sesuatu dan meletakkan pengharapan pada masa yang akan datang. Pengharapan akan kemuliaan harus mendorong mereka untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dengan tidak lagi membiarkan hawa nafsu menguasai mereka seperti saat mereka hidup dalam kegelapan dosa. Mereka harus hidup kudus sebagaimana Allah adalah kudus dan itu dapat mereka lakukan dengan menjauhkan segala kejahatan, kecemaran dan hawa nafsu. Mereka juga harus percaya bahwa Allah Bapa adalah Hakim yang adil dan benar sehingga tidak satupun yang terluput dari penghakiman-Nya.

Jemaat yang diberkati Tuhan,

            Apa yang dapat kita pelajari dari bagian Alkitab ini bagi kita yang adalah murid Kristus dimasa kini? Siapkan akal budi kita, tidak hidup dalam hawa nafsu dan hiduplah dalam kekudusan. Hal ini menunjuk pada, “persiapkan pikiran kita.” Pada dasarnya pikiran manusia dipenuhi oleh hal-hal duniawi. Memikirkan hal-hal berdosa, menganggap rendah orang lain, pikiran untuk bersenang-senang, berpesta dan dalam pikiran manusia tidak terbatas. Artinya, kalau pikiran tidak dikendalikan maka dapat membawa kecelakaan. Itulah sebabnya ada kalimat mengatakan, hati-hati menggunakan pikiranmu karena dengan pikiran badan bisa binasa.

            Oleh karena itu, ditengah situasi dunia yang jahat, siapkan atau kendalikan pikiran kita supaya tidak menjadi jahat. Caranya bagaimana? Rasul Paulus pernah mengingatkan jemaat di Filipi supaya menggunakan pikiran mereka dengan benar. Ia berkata, “Jadi akhirnya saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semua itu” (Filipi 4:8). Jadi, supaya pikiran dapat dikendalikan, maka berpikirlah hal yang benar menjelang kedatangan Tuhan, tidak menuruti hawa nafsu tetapi hidup kudus karena Tuhan adalah kudus. Hal-hal tersebut harus dilakukan selama menumpang di dalam dunia, karena Tuhan Yesus sudah menebus kita dari cara hidup yang sia-sia dengan darahNya yang mahal sehingga kita dapat mengenal Allah. Hal penting selanjutnya adalah mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas dan sungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hati, sebab semua yang hidup seperti rumput dan firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.

Jemaat yang diberkati Tuhan,

            Belajar dari bagian Alkitab ini juga kita diingatkan bahwa ternyata untuk merobah dunia harus diawali dengan perobahan diri sendiri terutama mempersiapkan dan merobah pikiran kita menjelang kedatangan Kristus Yesus. Jika kita mengisi pikiran kita dengan pikiran-pikiran dan keinginan-keinginan duniawi maka pasti kita akan bertindak duniawi. Kalau pikiran kita dapat kita persiapkan dan jaga dengan baik maka perbuatan kitapun akan terjaga dengan baik. Dengan demikian kalau pikiran kita kudus, maka perbuatan kitapun kudus. Dalam pikiran dan perilaku yang kudus, kitapun harus mengusahakan persaudaraan. Mari kita saling peduli. Jangan kita saling menyakiti, saling menjatuhkan dan saling memusuhi. Kita yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang begitu luar biasa dari Tuhan, seharusnya menghargai dan membalas kasih Tuhan.

            Untuk itu, kejarlah kekudusan dan hiduplah dalam kebenaran. Wujudkan iman kita dengan hidup saling mengasihi dalam kasih persaudaraan. Dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan melalui apa yang kita pikirkan dan lakukan.

            Semoga perenungan kita ini akan semakin menguatkan jati diri kita sebagai murid-murid Kristus yang senantiasa mengejar kekudusan hidup dan persaudaraan. Amin

 

 

 

Tema              :Tidak Bersukacita atas Kematian Lawan

Bacaan            :2 Samuel 1:1-14

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Raja Saul adalah raja Israel yang pertama. Dia adalah seorang yang berperawakan tinggi dan berbadan besar. Namun dalam pemerintahannya, dia tidak setia terhadap TUHAN, tidak berpegang pada firman TUHAN dan tidak meminta petunjuk kepada Tuhan, melainkan kepada arwah-arwah. Akhirnya Tuhan memilih Daud menggatikannya. Saul iri kepada Daud sehingga beberapa kali Saul ingin membunuh Daud, tetapi Daud tidak berkehendak untuk melawan Saul sebab Daud melihat Saul sebagai orang pilihan Allah yang telah dibutakan oleh kepentingan pribadi atau kekuasaan. Pada akhirnya Saul mati terbunuh dalam peperangan melawan orang Filistin(1 Samuel 31:1-13). Mendengar kabar kematian Saul yang adalah “lawan” Daud, apakah ia bersukacita?

Sebagai orang Kristen, apakah kita juga bersukacita atas kematian ‘lawan-lawan’ kita?

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Bagaimanakah Reaksi Orang Percaya atas Kematian/Kehancuran Lawan?

  1. Memahami latar belakang kematiannya (ay. 1-10)

Setelah kematian Raja Saul dalam peperangan melawan orang Filistin dipegunungan Gilboa, Daud tinggal dua hari di Ziklag. Lalu pada hari ketiga Daud menerima langsung laporan dari seorang prajurit tentang kematian Raja Saul. Prajurit ini menyampaian laporan  dan bukti-bukti kematian Raja Saul, yakni jejamang(mahkota) dan gelang pada lengannya. Bahkan prajurit ini mengaku bahwa dialah yang membunuh Saul Raja Israel. Hal ini menyatakan bahwa berita kematian Raja Saul diperoleh Daud melalui kesaksian yang benar, bukan hanya mendengar kata orang tetapi melalui orang yang menyaksikan langsung bahkan pelaku pembunuhan atas kematian Raja Saul.

Nah, sebagai orang Kristen bagaimanakah kita menyikapi sebuah berita tentang kematian/kehancuran lawan-lawan kita, orang yang sedang bermasalah dengan kita, apalagi orang-orang yang belum percaya kepada Yesus.Banyak orang di antara kita setelah mendengar  atau menerima sebuah berita, apalagi berita menusuk perasaannya, mereka langsung emosi, bicaranya tidak terkontrol lagi, bahkan balas menyinggung perasaan orang lain juga sedangkan lawan bicaranya tidak ada. Ingat bahwa orang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak terburu-buru menerima sebuah berita pada saat kabar itu datang dan tidak gelisah sementara kabar itu dalam perjalanan. Janganlah cepat emosi, janganlah cepat marah, melainkan diam dan tenanglah. Jadi terimalah berita yang benar berasal dari sumber yang dapat dipercaya sehingga tidak salah menilai sebuah berita. Apakah berita itu benar atau hanya sebuah hoaks. Lakukanlah yang baik.

  1. Berdukacita atas kematian/Kehancuran Lawan(ay.11-14)

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Setelah Daud mendengar berita kematian Raja Saul, maka Daud dan semua orang yang bersama-sama dengan dia meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam. Daud bukannya bersukacita mendengar kabar kematian Raja Saul tetapi sebaliknya menangis dan berkabung. Karakter Daud yang sesungguhnya  bersifat patriotik dan tidak egois. Daud merasa sedih sekali sekalipun baginya terbuka peluang besar untuk mendapatkan mahkota kerajaan menyingkirkan musuhnya. Daud tidak menginginkan peninggian dan kepuasan pribadi ataupun menginginkan bencana bagi Raja Saul supaya halangan besar bagi kemajuannya disingkirkan.

Firman Tuhan :

  • Amsal 17:5b “Siapa gembira karena suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman”.
  • Amsal 24 :17 “Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau kakinya terperosok”.

Bagi orang Kristen janganlah bersukacita atas kecelakaan, kematian dan kemalangan lawan-lawan kita,tunjukanlah sikap empati kepada mereka, menangislah, berdukalah sebab Tuhan yang menciptakan kita. Dia mau supaya kita saling mengasihi. Jangan mendendam.Jangan rapuh Tuhan akan memberi kekuatan kepada kita untuk mengampuni sebab :

  1. Kita adalah ciptaan baru
  2. Allah tahu bahwa kita mampu melakukannya
  3. Roh Kudus akan menolong kita

Karena apabila kita bersukacita atas kecelakaan, kejatuhan musuh, Allah akan memandang sebagai sebuah kejahatan(Amsal 24:18). Menangislah denga orang yang menangis dan bersukcilah dengan orang yang bersukacita. Teristimewa tangisilah jiwa-jiwa yang akan binasa sebelum percaya kepada Yesus Kristus sebaga Tuhan dan Juruselamat pribadinya.

Nah, saudara-saudara kita tidak harus terburu-buru mendengar suatu berita yang datang kepada kita bahkan kita harus mampu menilai kebenaran sebuah berita, kita harus menerima dari sumber berita yang dapat dipercaya. Allah mau supaya kita hidup tenang, sebab itu janganlah bersukacita atas kematian/kehancuran lawan-lawanmu. Allah mau kita hidup saling mengasihi sebab kita sama-sama adalah anak-anak Tuhan yang dikasihi dan diselamatkan oleh Yesus Kristus Tuhan kita. Terpujilah nama Yesus. Amin.

 

 

 

Tema              :TETAP TINGGAL DI DALAM YESUS

Bacaan                        :1 Yohanes 2:18-29

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Hari ini kita bersyukur kepada Tuhan, sebab kita boleh diperkenankanNya memperingati Hari Reformasi. 504 tahun yang lalu, tepatnya 31 Oktober 1517 Martin Luther menempelkan/memakukan 95 dalil di depan pintu gereja Wittenberg Jerman, sebagai tanda protes tentang praktek-praktek keliru dari Gereja Roma Katolik pada masa itu. Terutama penyebaran surat pengampunan dosa (indulgensia). Karena itu dalil yang ditempelkan Martin Luther itu mau mengungkapkan kebenaran/pemahaman Alkitab dan mengkritik dogma yang telah berlangsung sekian lama di institusi gereja di masa itu. Keselamatan itu bukan berasal dari gereja atau pemimpin gereja, tetapi iman kitalah yang menyelamatkan kita. Dari terobosan inilah kita mengenal ajaran Martin Luther yakni : Hanya oleh iman (Solafide) dan, hanya oleh anugerah Allah kita diselamatkan (Solagratia), dan kebenaran hanya didapatkan dari Alkitab (Solaciptura).

Semangat Martin Luther mereformasi gereja bukan karena ingin memecah belah gereja melainkan dia mau mengingatkan supaya gereja kembali pada Alkitab, sebagai dasar satu-satunya kebenaran. Di hari Reformasi ini sebagai warga gereja GPIBK kita kembali menghayati bagaimana para Reformator gereja memperjuangkan dogma/ajaran gereja ke-arah yang benar. Karena itu tema hari Reformasi tahun ini adalah : “Tetap Tinggal di Dalam Yesus”. Satu pertanyaan yang memerlukan jawaban dari pribadi kita sebagai warga gereja, sudah atau belum kita tinggal dalam Yesus?

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Saat ini, di Hari Reformasi kita dihentar untuk memahami pembacaan Alkitab dalam 1 Yohanes 2:18-29. Dalam pembacaan ini Yohanes memperingatkan mereka mengenai adanya bahaya penyesatan dan pendusta, yaitu antikristus (ayat 18). Yohanes percaya bahwa “anak-anaknya” akan terlepas dari jerat para pendusta dan penyesat, karena mereka memiliki “pengurapan” dari Allah (ayat 20). Antikristus ialah orang yang menyangkal Yesus adalah Kristus. Itu berarti penyangkalan hubungan Bapa-Yesus (ayat 22). Antikristus adalah orang yang telah meninggalkan komunitas orang percaya (ayat 19). Sebelumnya Yesus sendiri telah menubuatkan perihal mesias palsu dan nabi-nabi palsu (band. Mat 24:23-45). Berdasarkan hal itulah Yohanes menegaskan bahwa para pembaca suratnya sedang berada pada zaman akhir (ayat 18).

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Bagaimana orang percaya bisa melepaskan diri dari jerat dan tipu daya antikristus?, yaitu dengan tekun dan setia pada kebenaran. Bukan berarti orang percaya bergantung pada usaha dan kemampuan sendiri. Melainkan karena orang percaya telah memiliki pengurapan Allah (Ayat 20, 27), hingga mereka mengenal kebenaran. Maka untuk melawan para pendusta, antikristus, dan nabi-nabi palsu, orang percaya harus bergantung pada pengurapan Roh Kudus yang telah dicurahkan atas mereka serta tetap tinggal di dalam Yesus. Bergantung pada Roh Kudus melibatkan tindakan berpaut pada firman Allah (ayat 24). Ini merupakan sebuah tindakan aktif, yang melibatkan tindakan ketaatan pada perintahNya. Beberapa hal yang kita dapatkan ketika kita tetap tinggal di dalam Yesus, yaitu :

  1. Tidak ada dusta. Seringkali seseorang demi mendapatkan sebuah pengakuan dan ketenaran, mereka berani berkata atau membuat sebuah pengakuan yang tidak benar. Padahal yang sesungguhnya mereka tau kebenaran. Dalam ayatnya yang ke 21 menegaskan kepada kita sebagai orang percaya untuk berkata atau mengungkapkan yang sebenarnya karena setiap kita telah beroleh pengurapan dari Roh Kudus.
  1. Terima janji hidup yang kekal. Betapa bahagianya ketika kita mendapatkan jawaban dari setiap pergumulan atau tantangan hidup yang kita jalani. Namun, lebih bahagianya kita ketika mendapatkan kehidupan yang kekal. Semua itu bisa kita dapatkan ketika tetap tinggal dalam Yesus dan Yesus tinggal dalam kita seperti dikatakan Yohanes 15:7 “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”.
  2. Kita beroleh keberanian percaya dan tidak malu. Pada ayatnya yang ke 28 sangat jelas dikatakan bahwa ketika
  3. kita tinggal dalam Kristus kita akan beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatanganNya. Ini berarti bahwa ketika kita hidup di situasi sekarang ini yang membutuhkan pembuktian iman, kita harus tunjukkan sikap hidup orang Kristen dengan tinggal tetap dalam Kristus, menjadikan Yesus sebagai teladan dalam berbagai hal. Sehingga, ketika badai tantangan menerpa hidup kita, kita mampu menunjukkan iman percaya dan kita tidak akan malu untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Jurus’lamat.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Perenungan saat ini mau mengingatkan kita bahwa bila kita tinggal di dalam Dia, kita tahu bahwa kita lahir dari padaNya. Bila kita telah dilahirkan oleh Dia, kita akan dimampukan untuk menjadi pelaku kebenaranNya. Saatnya nanti, Ia akan menyempurnakan karya yang telah Dia mulai di dalam diri kita. Inilah landasan keberanian percaya kita pada hari penghakiman kelak (ayat 28-29).

Di Hari Reformasi ini marilah kita tetap betekun dan setia di dalam iman kita karena pemahaman bahwa kita telah dilahirkan oleh Dia. Dengan tetap tinggal di dalam firman, berarti kita tinggal di dalam Yesus, dan kita akan memiliki hidup yang kekal. Amin

 

 

Tema              :Setia Menjawab Panggilan Sorgawi

Bacaan            :Ibrani 3:1-6

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Perikop ini jelas bahwa  surat ini di tulis oleh rasul Paulus yang di tujukan kepada orang Yahudi yang telah mengikuti riwayat nabi Musa dalam PL dan telah mengikuti ajaran Yesus Kristus.

Isi surat ini dinyatakan kepada orang Yahudi pada masa itu. Karena cara pandang tentang tokoh Musa  dan Yesus Kristus mulai di bandingkan, rasul Paulus mengingatkan agar umat Tuhanbersungguh-sungguh dalam panggilan itu. Agar mereka lebih memandang kepada Yesus Kristus dalam jabatan sebagai Rasul dan Imam Besar. Dua gelar ini adalah jabatan penting, sebagai Rasul, Yesus adalah utusan Allah untuk membimbing umat-Nya ke dalam persekutuan dengan-Nya. Sementara sebagai Imam Besar, Yesus adalah juga Pengantara Agung umat Tuhan kepada Allah.  Dua hal ini menunjukkan Yesus lebih besar dari pada Musa.

Musa hanyalah seorang Nabi yang dalam panggilan pelayanan untuk menuntun bangsa Israel keluar dari tanah perhambaan Mesir yang melakukan panggilan itu secara terbatas sebab dia adalah manusia biasa.

Dalam bagian ini penulis Ibrani juga mempertegas posisi Yesus dibandingkan dengan Musa. Pertama: Yesus diibaratkan sebagai seorang ahli bangunan yang membangun umat Allah (rumah Allah). Sedangkan Musa hanyalah bagian dari bangunan itu (3:3-4). Kedua, Yesus adalah Anak yang mengepalai rumah Allah, sementara Musa hanyalah pelayan yang setia. Jadi, sebenarnya Musa melayani Tuhan Yesus sebagaimana seorang pelayan rumah melayani Anak pemilik rumah itu (3:5-6).

Dengan penjelasan yang begitu gamblang dari penulis Ibrani ini, semestinya pembaca surat  Ibrani pertama bisa lebih mengerti, diyakinkan, dan diteguhkan kembali iman mereka kepada Kristus yang telah memanggil mereka dan memberi anugerah keselamatan kepada mereka.

Dari penjelasan surat Ibrani menunjukkan bahwa tokoh yang selama ini diagung-agungkan orang Yahudi sebenarnya tak ada apa-apanya dibandingkan dengan Kristus.  Bagaimana mungkin bisa sang tuan, sang empunya rumah dibandingkan dengan hamba yang hidupnya untuk mengabdi dalam rumah majikannya. Jika teramat besar orang menghormati Musa dan mengagung-agungkan dia, maka seharusnya lebih dari itu mereka menganggungkan Kristus sang Kepala, sang Tuan dan Pencipta dan pemilik kehidupan dan kematian bahkan yang memberi kehidupan kekal.

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Dalam konteks kehidupan hari ini, masih di temukan orang yang senang menilai dan membadingkan kehidupan seseorang dengan kehidupan orang lain. Standar penilaian mulai dipandang dari  besar usahanya, karir politik, ekonomi, gelar, sudah seperti apadan lainnya. Hal ini dapat dimaklumi karena hal-hal besar seperti itu berkaitan dengan kekuasaan, ketamakan dan iri hati.  Namun, tahukah kita bahwa dalam hidup ini ada hal terutama adalah lebih bersyukur dan memuliakan Tuhan yang selalu hadir dan tinggal dalam diri kita sebagai rumahNya oleh Roh Kudus.

Kita tahu bahwa manusia dengan segala harta miliknya, pangkat, jabatannya, kemegahan dan keagungan sangat terbatas, itu hanya titipan sebagai bahagian dari perabot rumah Tuhan. Sebab Allah yang membentuk hidup kita menaruh apa yang ada pada kita. Ketertundukan ini mencakup segala sesuatu yang dimilikinya, termasuk hidupnya sendiri, diserahkan untuk pekerjaan yang membuat nama Allah dimuliakan di muka bumi ini.

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Hari ini kita akan merayakan perjamuan kudus sedunia. Dasar pelayanan perjamuan kudus sedunia adalah merujuk pada doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17. Yesus mempunyai visi dan kerinduan besar, supaya murid-muridNya dan semua orang percaya bersatu. Yesus menegaskan kepada murid-muridNya bahwa kesatuan orang percaya dan Gereja merupakan syarat mutlak untuk menyaksikan meyakinkan dunia bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruslamat Dunia.

Dalam Yohanes 13:34-35, Yesus mengajak murid-muridNya untuk saling mengasihi. Dia mengatakan, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi sama seperti Allah telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mangasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. Artinya orang percaya harus memelihara kesatuan Roh: satu tubuh, saru Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah, dan Bapa dari semua, maka sesungguhnya tidak ada alasan untuk perpecahan, tidak ada alasan untuk saling mengklaim kebenaran, tidak ada alasan untuk saling mencuri domba, tidak ada alasan untuk saling tidak menerima baptisan, tidak ada alasan untuk tidak dapat mengadakan Perjamuan Kudus bersama-sama.

Karena itu marilah kita merayakan perjamuan kudus saat ini untuk menghayati kesatuan itu, maka dunia akan tahu dan percaya bahwa orang-orang Kristen itu adalah murid-murid Yesus, dan sekaligus dunia tahu bahwa Yesus Kristus adalah utusan Allah, dan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang menolong dan menyelamatkan umatNya di dunia, kini dan selamanya. Amin

 

 

 

 Tema : Berani menyatakan kebenaran ditengah kemajemukan

Bacaan : 1 Raja-Raja 18:1-15

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Sebelum kita memahami tema ini  lebih dalam untuk dinyatakan dalam realitas kehidupan kita sehari-hari, mari kita awali dengan membayangkan-bayangkan : Sekelompok orang berbeda keyakinan, suku, latar belakang pendidikan, budaya, adat istiadat, status ekonomi bertemu dan tinggal bersama-sama di tempat yang sama. Apa kira-kira yang terjadi? Ada dua kemungkinan. Pertama, jika mereka masing-masing saling menerima dan menghargai perbedaan diantara mereka, maka akan tercipta suatu hubungan yang indah dan harmonis; saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Kedua, sebaliknya akan terjadi ketegangan diantara mereka jika mereka masing-masing tidak bisa menerima perbedaan yang ada, lantas saling menuntut untuk menjadi sama, masing-masing mengaggap yang lain jelek dan hanya  dialah yang baik. Ini adalah realitas dari sebuah kemajemukan.

Seperti halnya Gereja itu sendiri adalah majemuk. Beraneka ragam suku, perbedaan latar belakang pendidikan, pandangan hidup, status ekonomi, sudut pandang, adat istiadat dan budaya asal.  Kondisi ini bisa menjadi suatu kekuatan dan kekayaan berharga bagi gereja dalam melakukan TRI TUGASNYA  (persekutuan, pelayanan dan kesaksian) ditengah dunia ini. Karena adanya saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Namun kemajemukan ini juga berpotensi menjadi masalah, bahkan kekacauan jika perbedaan tidak diberi  tempat dan keseragaman menjadi tujuan. Segala cara diupayahkan supaya semua orang  menjadi sama. Maka kriteria sesama adalah mereka yang sama, sealiran, segolongan, sesuku, sekeluarga, seprofesi dan sama-sama kaya. Akibatnya adalah berdirilah tembok-tembok pemisah, sekat-sekat yang yang  membatasi, menghalangi dan memisahkan.

Timbul pertanyaan, bagaimana cara kita menyikapi kemajemukan ini? Sikap terbaik apakah yang harus kita miliki dalam menyikapi kemajemukan dalam kehidupan bergereja dan ber-masyarakat? Apakah kita membangun tembok pertahanan yang kokoh dan mengurung diri agar kita tidak bermasalah dengan orang lain hanya karena soal perbedaan? Ataukah kita memisahkan diri  komunitas untuk menghindari segala perbedaan yang ada dengan segala kon-sekuensinya?  Kedua sikap ini tidaklah tepat sebab kita dipanggil dan diutus oleh Tuhan ditengah dunia ini untuk memberi kesaksian kepada dunia ini  tentang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan   kesaksian kita hanya bisa tersampaikan atau terdengar jika kita berada dalam dalam kemajemukan itu.

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Elia adalah seorang Nabi besar Israel. Ia adalah seorang Nabi yang dipakai Tuhan untuk  menyatakan kehendakNya  kepada umat Israel yang telah meninggalkan Tuhan. Dalam menjalankan tugas kenabiannya, Elia berhadapan dengan raja Ahab dan istrinya  yang telah meninggalkan Tuhan. 1 Raja-Raja 17-18 menggambarkan menganai konfrontasi  dan hukuman Tuhan kepada Raja Ahab dan umat Israel yang menyembah berhala. Adanya perang kata-kata antara seorang nabi saleh dengan seorang raja yang tidak mengenal Allah. Saat Ahab menyembah berhala dan orang Israel berpaling dari Tuhan Allah, Elia menyampaikan Firman Tuhan, bahwa  tidak akan  ada embun  maupun hujan di negeri itu  sampai ia akan mengatakannya (1 Raja-Raja 17:1). Ketiadaan hujan di negeri Israel ini merupakan hukuman Tuhan atas kejahatan Israel  bersama pemimpinya yang  belaku jahatan di mata Tuhan.

Sebagai raja, tugas Ahab adalah untuk membangun kemakmuran dan keamanan  bagi Israel.  Ia memiliki tugas dan tanggung jawab besar dalam mengusahakan kesejahteraan Israel. Ditengah raja sementara mengusahakan kemakmuran Israel, Elia mengancam untuk menahan hujan yang merupakan unsur penting dalam upayah raja untuk  mewujudkan kemakmuran Israel. Nubuatan Elia ini membuat Raja Ahab sangat marah kepada Elia. Sebagai seorang raja yang sedang berluasa, Ahab berhak melakukan apa saja demi keamanan diri dan kepemimpinannya. Ia memiliki kekuatan dan kuasa untuk membunuh siapa saja yang mencoba mengganggu kenyamanan dan keamanan dirinya. Namun berkat kehadiran Tuhan dalam kehidupan Nabi Elia, Ahab tidak bisa berbuat apa- apa terhadap Nabi Elia. Tuhan melidungi Elia dengan cara Ia menyembunyikan NabiNya ini selama tiga setengah tahun (1 Raja-Raja 17-24).

 Ketika keluar dari persembunyiannya, tindakan pertama Elia adalah ia bertemu dengan raja Ahab untuk  memberitahukan  kehendak  dan pandangan Tuhan mengenai ketidaktaatannya. Ini adalah suatu tindakan yang beresiko. Sebab tidak semua pemimpin seperti Ahab bisa dengan rendah hati menerima teguran atas ketidaktaatannya.  Sehingga pemberitahuan Nabi Elia ini bisa membahayakan dirinya. Namun Elia penuh keberanian menyampaikan kehendak Tuhan kepada Raja Ahab karena ia percaya Tuhan pasti berpihak kepadanya.

Tindakan selanjutnya adalah ia mengatur pertandingan antara dua pihak, yakni dewa  raja Ahab, yaitu baal, dan Allah Israel (1 Raja-Raja 18:16-19). Ahab menerima tantangan itu dan Elia dengan  kuasa dan pertolongan Tuhan menggelar konfrontasi (1 Raja-Raja 18:20-24).

Kisah menakjubkan ini menggambarkan  iman dan keberanian Nabi Elia dalam melawan ketidakbenaran yang diperankan oleh raja Ahab. Bukanlah perkara mudah bagi Elia untuk menyatakan ketidaktaatan raja Ahab  yang dikenal lalim dan jahat dimata Tuhan, namun ia dengan penuh keyakinan akan kuasa Tuhan yang membelanya.

Sebagai seorang utusan Allah, Nabi Elia sudah menyaksikan kuasa Tuhan dan menjadi saksi kekuasaan Tuhan.  Ia telah menyatakan kuasa Tuhan kepada Israel yang sedang mengalami masa sulit karena  kelaparan akibat kekeringan diseluruh negeri Israel. Tetapi Elia juga mengalami pemeliharaan Tuhan yang hebat melalui burung-gurung gagak di tepi sungai dan  janda miskin  di Sarfat.  Elia adalah seorang saksi Tuhan yang berani menyatakan kebenaran tanpa takut resiko, yang beriman teguh, yang telah menjadi berkat bagi janda miskin di Sarfat dan Israel secara umum  ternyata tidak begitu berbeda dengan kita.

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Sebagai gereja, kita  dipanggil  dan ditempatkan ditengah dunia ini untuk menyatakan kehendak Tuhan melalui kesaksian kita agar dunia mengenal Yesus dan kehendakNya. Tugas kesaksian ini tidaklah mudah sebab kadang-kadang kita harus berhadapan dengan resiko. Itulah sebabnya  kadang-kadang kita takut menyatakan kebenaran. Apa lagi jika  kita berhadapan dengan orang yang memegang otoritas.  Pada hal Tuhan memanggil kita untuk menjadi bagian dari rencana Allah bagi dunia ini. Ada kebenaran yang Tuhan ingin kita ungkapkan bukan untuk mencelakakan orang lain, tapi untuk mencegah mereka mencelakakan diri sendiri(18:18). Kita belajar dari Nabi Elia dalam kisah ini. Pemberitahuan Elia atas ketidaktaaatan raja Ahab dan umat Israel semata-mata hanya bertujuan menyelamatkan mereka dari kebinasaan karena dosa dan kejahatan mereka.  Demikian pula dengan kita, kadang-kadang Tuhan mau memakai kita untuk menyatakan kebenaran untuk  membawa orang lain kembali kepada jalan yang benar. Karena itu, janganlah takut menyatakan  kebenaran  sepanjang  hal itu bertujuan menyelamatkan  orang lain.

Hal menarik yang perlu kita pelajari dari nas ini juga adalah keberanian Obaja dalam mengambil resiko ditengah-tengah masa sulit. Ia sungguh takut akan Tuhan. Namun  disisi lain, ia melayani seorang raja yaitu Ahab, yang menentang Tuhan. Ratu Izebel, istri Ahab hendak melenyapkan nabi-nabi Tuhan. Namun secara diam-diam, Obaja menentang rencana tersebut dan ia menyembunyikan seratus nabi Tuhan dalam gua serta mengurus makan minum mereka (ayat 3-4). Tindakan Obaja ini sungguh berani, apa lagi mengingat Obaja adalah orang biasa, bukan nabi.  Ia berani mengambil resiko. Bila tindakannya itu ketahuan, pasti akan dibunuh oleh Izebel. 

Selain keberanian Obaja, keteguhan imanya kepada Allah Israel juga  sangat kokoh. Ia tetap menghormati raja Ahab atasannya.  Ia tidak mudah terpengaruh dengan  keyakinan dan cara hidup dilingkungan  istana. Ia tetap menjaga jati dirinya sebagai umat Allah.  Meskipun Obaja berada dilingkungan orang-orang yang menyembah berhala, , namun iman Obaja tak tergoyahkan. Ia tetap berlalku benar dimata Tuhan. 

Inilah sebenarnya prinsip kita dalam kemajemukan, yakni  syukurilah semua perbedaan  sebagai  kekayaan anugerah Tuhan dan hargailah semua perbedaan yang supaya tercipta kehidupan  yang indah dan harmonis dengan tetap menjaga jati diri sebagai orang percaya.   Amin.

 

 

 

 

Tema              :Percaya Maka Engkau Melihat Kemuliaan Allah

Bacaan            :Yohanes 11:1-44

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Penyakit dan kematian tidak seorang pun yang menghendakinya, karena itu berbagai upaya dilakukan untuk menghindari penyakit apalagi kematian dianggap musuh manusia. Penyakit dan kematian tidak memandang usia, jabatan, kaya, miskin, tidak memandang apakah seseorang mengasihi Tuhan atau tidak.

Saudara-saudara,

Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes, anak Zebedeus (Salah seorang diantara 12 murid Yesus). Latar belakang penulisan Injil ini adalah memenuhi permintaan para penatua di Asia Kecil yaitu di Efesus, untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan ke Ilahian Yesus, yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Dengan demikian Injil Yohanes bertujuan untuk melayani gereja lewat memberi pernyataan teologis yang sangat dalam tentang kebenaran yang menjelma di dalam Yesus Kristus, dan lebih jelas lagi dalam pasal 20:31 …… supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup oleh namaNya.

Pembacaan Injil Yohanes 11:1-44 menceritakan ketika Yesus berada di Perea, Ia menerima kabar dari Marta dan Maria di Betania, bahwa Lazarus saudara mereka sedang sakit. Mendengar kabar itu Yesus berkata : “Penyakit itu tidak membawa kematian tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan (ay 4)” Kematian bukanlah tujuan atau hasil akhir dari penyakit Lazarus dipakai oleh Yesus untuk menyatakan kemuliaan Allah. Yesus memang mengasihi Marta, Maria dan Lazarus namun setelah mendengar Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal, dua hari lagi di tempat di mana Ia berada, tetapi sesudah itu Ia berkata kepada muridmuridNya “Mari kita kembali ke Yudea”. Kata murid-muridNya : “Rabi baru-baru ini orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masihkah Engkau mau kembali kesana?” Jawab Yesus : “Bukankah ada 12 jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kaki tidak terantuk karena ia melihat terang dunia, tetapi jikalau seseorang berjalan pada malam hari kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.” Artinya Allah menghendaki suatu pelayan, dan Yesus tahu bahwa BapaNya menghendaki Ia pergi ke Yudea dan untuk menuruti kehendak BapaNya, Dia tidak perlu takut akan kematian, sebab yang di lakukan Yesus adalah kebenaran.

Yesus tahu bahwa Lazarus telah mati karena itu Ia berkata kepada murid-muridNya “Lazarus sauadara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” Arti tidur menurut Yesus adalah mati tetapi murid-muridNya menyangka Lazarus tidur biasa, sebab itu Yesus berkata dengan terus terang “Lazarus sudah mati, tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi kesana.” Ketika Yesus tiba di Betania, didapatinya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. Betania adalah sebuah desa kecil yang terletak di lereng bukit Zaitun, tidak jauh dari Yerusalem kira-kira dua mil jauhnya. Di rumah Marta banyak orang Yahudi datang untuk menghibur. Kematian Lazarus membuat Marta dan Maria kehilangan harapan tetapi mereka tetap menunggu Yesus datang menemui mereka. Ketika Marta mendengar bahwa Yesus datang ia pergi mendapatkan Yesus tetapi Marta berkata: “Tuhan, sekiranya Engkau ada disini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya.” Jawab Yesus: “Saudaramu akan bangkit”, lalu kata Marta kepada Yesus: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Pernyataan ini menunjukkan Marta tidak mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Allah, yang dapat membangkitkan orang mati. Sebab itu Yesus memproklamasikan diriNya: “Akulah kebangkitan dan hidup, barang siapa percaya kepadaKu ia akan hidup walaupun ia sudah mati dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (ayat 25 dan 26). “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesis Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” (ay 27). Bagi orang Yahudi kebangkitan orang mati akan terjadi pada akhir zaman, tetapi bagi kaum Saduki mereka menyangkal kebangkitan orang mati.

Pada ayat 33 Yesus menangis menunjukkan perasaan simpati yang mendalam yang dirasakan Allah terhadap duka Marta dan Maria. Yesus juga menangis terhadap penderitaan karena dosa, Iblis dan kematian. Kemudian Yesus meminta menunjukkan kubur Lazarus, mengangkat batu penutup gua dimana Lazarus dibangkitkan. Yesus meneguhkan iman Marta yang meragukan kuasa Yesus, Marta berkata Tuhan ia sudah berbau, sudah empat hari mati. Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah.” Sesudah berdoa kepada BapaNya, berserulah Yesus: Lazarus, marilah keluar. Maka kuasa Allah benar-benar nyata Lazarus bangkit dari kematian.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Pada umumnya kematian seseorang di dahului dengan suatu penyakit. Penyakit dan kematian menakutkan bagi manusia namun manusia pada akhirnya terbiasa dengan situasi ini. Begitu banyak macam penyakit yang mudah membawa pada kematian. Dewasa ini penggunaan narkotika, psikotropika (obat-obat penenang dan penyenang, zat adiktif yang membuat orang ketagihan dan terus memakainya), dan minuman keras secara tidak tepat yang merusak manusia, pertikaian, perampokan dan pembunuhan. Mewabahnya pandemi Covid-19 bukan hanya merenggut ribuan nyawa tetapi juga mengubah tata cara kehidupan manusia di seluruh dunia mulai dari interaksi sesama manusia, proses beribadah kepada Tuhan. Dalam upaya menghambat penyebaran virus ini telah menghambat pula kegiatan perekonomian dan dampaknya terhadap tingkat kesejahteraan sosial semakin dirasakan bukan hanya masyarakat tetapi juga gereja.

Saudara-saudara,

Eleazar dalam bahasa Ibrani yang dialihkan ke kata Yunani Lazarus, berarti Allah menolong. Hal ini jelas, tetapi sakit penyakit tetap menjajah manusia. Kita percaya kepada Allah bahwa penyakit itu akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab bukan penyakit yang menguasai kita tetapi Allah sendiri yang menguasai hidup kita.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan telah membuka jalan (Mendemonstrasikan) bagaimana hidup di dalam mengikut Tuhan, percaya kepadaNya, di dalam Dia ada kemuliaan Allah, ada hidup yang kekal, inilah yang menjiwai hidup kita, menyemangati kita di tengah situasi yang tidak menyenangkan. Kita tetap percaya seperti Marta berkata ya Tuhan aku percaya. Amin

 

 

 

Tema              :Yesus Kristus adalah Firman yang Bersama-sama Dengan Manusia

Bacaan            :Yohanes 1:1-18

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Ibadah Minggu hari ini adalah ibadah Minggu terakhir di tahun 2021, oleh karena minggu depan kita akan memasuki perayaan minggu advent I di tahun 2021, itu berarti, ada banyak hal yang kita lakukan dalam persekutuan dan pelayanan jemaat walaupun situasi terus mengalami perubahan seiring bergulirnya waktu terutama kita pasti masih bergumul dengan pandemi covid 19. Yang membuat kita tetap waspada sebelum memasuki masa minggu-minggu tenang menyambut perayaan minggu advent.

Namun kita harus tetap berharap dan percaya bahwa Tuhan tetap dekat dengan orang yang menaruh harap dan percaya kepadaNya.

Yohanes 1:1-18, merupakan kesaksian langsung dari Rasul Yohanes tentang siapa Yesus yang sebenarnya. Yohanes adalah saksi mata yang menyaksikan sendiri tentang hakekat Yesus yang sebenarnya. Dapat dipahami bahwa saksi mata menyampaikan peristiwa yang disaksikannya tanpa rekayasa, maka penjelasan dari peristiwa itu diterima sebagai fakta kebenaran. Yohanes adalah salah satu saksi mata mengenai latar belakang dan pelayanan Yesus didunia ini.

Pengalaman Yohanes bersama Yesus membuat dirinya makin mengenal siapakah Yesus itu. Hal itu jelas dalam pernyataan Yohanes, bahwa Yesus adalah Sang Firman (1-3) Yesus adalah Hidup dan Terang (4-9, 12). Itu berarti setiap orang yang percaya Yesus akan melihat terang hidup itu dalam kegelapan.

Manusia membutuhkan terang. Kalau tidak ada terang manusia tidak dapat hidup dengan baik. Contohnya pada saat ada pemadaman listrik sehingga terjadi gelap gulita di malam hari, rasanya sangat tidak nyaman dan kita tidak bisa melakukan aktifitas dengan baik. Manusia membutuhkan terang, sebab tanpa terang manusia hidup di dalam kegelapan, hidup yang menakutkan.

Ketika manusia hidup dalam kegelapan rohani yaitu hidup dalam dosa, maka dosa memisahkan manusia dari Allah yang Mahakudus, Sang Terang dan sumber terang yang sejati. Manusia yang hidup dalam kegelapan dosa tidak memiliki pengharapan, dan harus mengalami kebinasaan.

Kedatangan Kristus Sang Firman yang telah datang ke dalam dunia dan menjadi manusia untuk menyelamatkan orang-orang yang berdosa (Yoh. 1:1-3). Hendak menyatakan bagi dunia bahwa :

Pertama, Yesus adalah Firman yang telah ada sebelum kedatangan-Nya ke dunia. Yesus adalah Allah yang dari kekekalan sudah berada bersama dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.

Kedua, Dia adalah Firman yang telah datang ke dalam dunia dan menjadi manusia. Sang Firman, yaitu Yesus Kristus, telah menjadi manusia untuk menyelamatkan orang-orang yang berdosa dan menyampaikan Kabar Baik (Injil), supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).

Jemaat yang di kasihi Tuhan,

Hari ini kita perlu bertanya secara pribadi seberapa dekat kita mengenal Yesus? Apa yang bisa kita sampaikan kepada orang lain tentang kuasa Yesus, jika kita bertemu dengan orang susah, orang yang kekurangan, sakit dan putus asa, yang masih hidup dalam dosa. Apa yang kita katakan kepadanya tentang Yesus?

Minggu depan sebagai gereja kita akan merayakan minggu advent I di tahun 2021. Apabila kita di tanya apa yang dapat kita saksikan dalam pengalaman iman ketika anda bersama Yesus?Mungkin sulit untuk menjelaskan dengan jujur, masalahnya ada di mana?  Karena kita sering mengabaikan kehadiran Yesus yang memberi sehat dan kuat berkat dan sukacita. Lupa mengucap syukur atas kebaikanNya, lupa berdoa, lupa mendegar firman Tuhan. Saat ini kita belum terlambat. Tuhan masih menunggu kita datang kepadanNya sebagai sumber hidup dan terang bagi kita. Amin

 

 

 

Tema : Berkat Tuhan Mari Hitunglah Kau Niscaya Kagum Oleh Kasihnya

Bacaan : Yesaya 41 : 1 – 7

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Apakah yang anda perbuat jika sesuatu hal yang sudah anda perjuangkan dan kerjakan dengan  mati-matian dan sudah disaksikan dan di nikmati hasilnya oleh orang lain tetapi tidak di anggap bahkan dilupakan oleh pihak lain?  Pepatah mengatakan : LUPA KACANG AKAN KULITNYA.”  Dengan hal ini tentunya kita akan marah dan kecewa. Bahkan mungkin kita akan berusaha  mengumpulkan berbagai macam bukti tentang pekerjaan kita untuk menyatakan bahwa benar-benar  kita telah bekerja dan sudah membuahkan hasil.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, Pembacaan kita saat ini yang terdapat dalam Yesaya 41:1–7 adalah merupakan bagian awal dari bagian kedua kitab Yesaya (Pasal 40-66). Dapat di bagi  menjadi 3 bagian yaitu :

  •   ayat 1 adalah panggilan Allah untuk bersidang atau berperkara
  • ayat 2–4 adalah pernyataan Allah bahwa kemenangan yang dialami oleh penguasa dari Timuryaitu Koresh Raja Persia yang mengalahkan bangsa-bangsa dan mematahkan kekuasaan raja-raja adalah bukti bahwa Dia adalah TUHAN yang terdahulu dan terkemudian, yang sudah dan terus  menyatakan karyaNya (4c).
  • ayat 5–7 adalah bukti bahwa dengan perbuatan yang telah dinyatakan Allah, membuat penduduk negeri hidup saling menolong dan saling menguatkan.

Situasi Bangsa Israel pada waktu itu ada dalam pembuangan di Babel sekitar abad ke-8 sebelum  Masehi. Di tempat pembuangan itu mereka mulai putus asa. Mereka mulai sangsi atau ragu tentang kuasa Allah yang mereka sembah dan andalkan selama ini. Oleh karena itu nabi Yesaya hadir  menyampaikan suatu berita penghiburan kepada mereka. Nabi memberitahukan rencana keselamatan dengan menunjuk kepada keagungan Allah dan menjanjikan bahwa Allah akan mengampuni umatNya dan membebaskan mereka serta memulangkan mereka ke Yerusalem. Perikop bacaan kita saat ini mengisahkan bahwa Allah berfirman melalui Nabi Yesaya bahwa Allah segera akan menepati janjiNya dan karena itu Bangsa Israel jangan pernah meragukan akan kuasa dan perbuatan yang Allah akan nyatakan. Allah menyatakan itu dengan meyakinkan bahwa sudah ada bukti pada masa lalu bahwa Allah telah memakai penguasa atau raja dari Timur (2a) yaitu Kores Raja Persia (Psl 45:1) untuk mengalahkan bangsa-bangsa dan untuk mematahkan kekuasaan raja-raja. Ada keputusan Koresh di tahun pertamanya menjadi raja atas Babel. Dia memerintahkan  semua orang Israel yang ada dalam pembuangan di Kerajaan Babel (bahkan dalam seluruh daerah lain yang di kuasai Persia) untuk kembali ke tanah mereka dan mendirikan Bait Allah di Yerusalem.

Allah telah menggerakkan hati raja ini untuk menjadi pelindung dan pembebas umat-Nya. Tetapi  kerajaan besar seperti Persia dan rajanya yaitu raja Koresh tetaplah hanya alat yang Tuhan pakai untuk rencana-Nya bagi umat  Israel. Sejak Israel di hukum oleh Tuhan, Tuhan membangkitkan kerajaan-kerajaan besar dan membiarkan umat-Nya menjadi begitu kecil dan sedikit jumlahnya. Ditengah-tengah kerajaan Persia yang begitu besar, apalah arti umat Tuhan yang tinggal beberapa puluh ribu saja? Tetapi Mata dan Hati Tuhan tetap tertuju kepada umat-Nya bukan kepada kerajaan-kerajaan besar yang ada. Sebenarnya salah satu strategi Koresh adalah untuk memulangkan setiap orang buangan kedaerah mereka sendiri, lalu ia mendirikan pemerintahan pendudukan Persia sehingga daerah jajahan luas dan besar tetapi tetap terkontrol dengan baik. Dia  juga ingin mengambil hati setiap orang jajahannya supaya dia dipandang sebagai pembebas mereka yang baik hati.  Tetapi dalam Yesaya 45:1 di katakan bahwa Tuhan memakai gerakan hati Koresh ini untuk menggenapi rencana-Nya bagi umat-Nya walaupun tujuan hati Koresh adalah untuk stabilitas politiknya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi ini telah di nubuatkan Tuhan sejak lalu seperti dalam Yesaya 6:13, Yesaya juga telah menubuatkan kepulangan “kaum sisa“ yang akan menghasilkan tunas yang kudus, yaitu Sang Mesias. Inilah kaum sisa yang pulang atas perintah Raja Koresh.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, melalui peristiwa yang dinyatakan oleh Tuhanlewat Raja Koresh, Tuhan mau mengajak umat Israel untuk gelar perkara dengan apa yang sudah di perbuatNya pada masa yang lampau dan itu menjadi suatu peristiwa penting bagi umat yang tidak boleh di lupakan dan menjadi hal yang membuat mereka yakin bahwa Tuhan tidak pernah melupakan janji-Nya  untuk tetap mengingat dan menyelamatkan umat-Nya. Peristiwa-peristiwa spektakuler yang  dilakukan oleh Raja Koresh saat menang dengan bangsa-bangsa lain, itu bukan karena kehebatan Raja Koresh tetapi tindakan Tuhan yang memakai dia untuk meraih kemenangan itu. Tuhan mau menyatakan Dialah yang terdahulu dan yang terkemudian (ayat 4c).

Jemaat yang di kasihi dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus… melalui perenungan  firman Tuhan hari ini, kita mau merenungkan beberapa maksud firman Tuhan yaitu :

  1. Tuhan menghendaki agar umat jangan sedikitpun meragukan akan janji Tuhan. Kadang manusia tidak sabar untuk menanti janji Tuhan. Tetapi hal yang perlu diingat adalah waktu  Tuhan berbeda dengan waktu kita manusia. Dialah yang menentukan kapan segala kehendak-Nya akan dinyatakan dan manusia dituntut kesabaran dan ketaatan dalam menanti janji-janji-Nya.
  2. Tuhan menghendaki agar umat jangan meragukan Kemahakuasaan-Nya. Manusia adalah tempatnya kelemahan dan ketidak-sempurnaan. Tetapi Allah adalah pribadi yang sempurna dan  maha kuasa. Kekuasaan-Nya meliputi segala hal di surga dan di bumi. Karena itu apa yang  tidak mungkin bagi manusia, itu sangat mungkin bagi Allah.
  3. Tuhan menhendaki agar umat mengakui dan mengimani bahwa Allah ada dalam sejarah. Dia  tidak pernah berhenti berkarya Karya-Nya sungguh nyata dan di rasakan oleh manusia dan  makhluk hidup lainnya. Karena itu Dia adalah yang terdahulu dan yang terkemudian, yang  awal dan yang akhir.
  4. Tuhan tidak pernah merancang hal yang buruk, tetapi manusialah yang membuat rancangan Tuhan itu menjadi buruk karena tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Ketika apa yang dinginkan seorang manusia tidak tercapai manusia biasanya mencari kesalahan pada pihak lain termasuk pada Tuhan tanpa mengintropeksi pada diri sendiri.

Jemaat yang dikasihi Tuhan, hari ini kita bersyukur karena kita boleh kembali memasuki masa raya advent ditahun 2021 ini. Mengingat kembali perjalanan kehidupan kita di dua tahun belakangn ini, yaitu  tahun 2020 dan 2021 dimana kita masih dalam kehidupan yang serba terbatas karena pandemi  covid-19. Kehidupan di masa pandemi covid-19 berpengaruh pada semua sendi-sendi kehidupan  kita. Terkadang kita menjadi kewalahanmenjalani hidup dalam situasi ini. Kitapun mulai  menyalahkan pihak-pihak lain. Ternyata saudara,.. kita sama seperti orang Israel yang mulai putus asa, kecewa, dan sangsi atau ragu akan keberadaan Tuhan. Kita mulai bertanya dimanakah Tuhan?  Mengapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi? Mana kuasa dan mujizat-Nya.

Belajar dari firman Tuhan hari ini sehubungan dengan perayaan minggu advent yang pertama kita  di ajak untuk merenung bagaimana kasih Tuhan atas kehidupan kita. Mari kita gelar dan renungkan  perbuatan-perbuatan Tuhan dalam hidup ini. Kita akan merasakan bahwa lebih besar, lebih banyak  kasihNya untuk hidup kita. Karena baru dua tahun terakhir ini nyata kehidupan seperti ini kita sudah kecewa dan putus asa, sedangkan kuasa untuk memberkati kita sudah bertahun-tahun  sepanjang hidup kita. Karena itu dalam siatuasi apapun itu, baik suka maupun duka, untung atau  rugi, gagal atau sukases, jangan pernah meragukan kuasa Tuhan. Kita milik kepunyaanNya, dan  Dia tahu apa yang harus diperbuatNya. Tugas kita adalah tetap setia menantikan karyaNya. Menantikan kedatanganNya melalui kelahiran Kristus 2000 tahun yang lalu sudah selesai, kini kita  menantikan kedatanganNya untuk menyertai dan menata kehidupan kita didunia nyata saat ini, sekaligus kita juga menantikan akan kedatanganNya yang kedua kali untuk menjemput kita milik  kepunyaanNya. Itulah makna advent yang sesungguhnya. Janganlah kita meragukan akan kuasa dan  kehendakNya tetapi tetaplah percaya bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kehidupan kita. Judul  khotbah kita di Minggu advent pertama ini adalah penggalan lagu Kidung Jemaat nomor 439: “BERKAT TUHAN MARI HITUNGLAH KAUNISCAYA KAGUM OLEH KASIHNYA“.  Karena itu hitunglah segala berkatNya niscaya engkau akan menjadi kagum dan nyatakanlah syukur  kepadaNya. Selamat merayakan minggu-minggu advent di tahun 2021 ini, Tuhan Yesus memberkati. Amin

 

 

 

Tema              :Damai Sejahtera Allah bagi UmatNya

Bacaan            :Hagai 2:1b-10

Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,

Setiap orang punya rencana atau cita-cita yang akan diraih dalam hidupnya. Dan dari sekian banyak hal yang kita rencanakan tentunya kita berharap semua bisa terwujud. Akan tetapi tentunya kita menyadari bahwa untuk mewujudkan semua rencana itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi mewujudkannya secara bersama-sama sekaligus dalam satu waktu yang sama. Oleh karena itu, kita harus mampu untuk menentukan apa yang harus diwujudkan secepatnya, mana yang bisa ditunda dan mana yang harus diabaikan. Dengan kata lain harus punya skala prioritas dalam mewujudkan apa yang direncanakan.

Dua puluh lima abad yang lalu, terdengar suara yang meminta manusia untuk membuat prioritas-prioritas yang benar. Hagai mengetahui apa yang penting dan harus dilakukan, dan dia menantang umat Allah untuk merespons.

Pada tahun 586 SM, pasuka Babel menghancurkan Bait Allah di Yerusalem. Bait Allah (Rumah Allah) adalah lambang kehadiranNya. Raja Koresh, yang memerintah pada tahun 538 SM, mengeluarkan keputusan bahwa orang-orang Yahudi boleh kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Allah. Karena itu merekapun melakukan perjalanan ke Yerusalem dan memulai pekerjaan itu. Tetapi kemudian mereka lupa tujuan mereka dan pada akhirnya pekerjaan membangun Rumah Allah terhenti. Mengapa terhenti? Pekerjaan itu terhenti karena mereka sibuk membangun rumah-rumah pribadi dan melupakan pembangunan Rumah Allah. Bangsa itu lebih memperhatikan kebutuhan mereka sendiri daripada melakukan kehendak Allah dan akibatnya mereka menderita. Kemudian Hagai mengajak mereka bertindak, “Beginilah firman Tuhan semesta alam. Perhatikanlah keadaanmu! Jadi, naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaanKu disitu, firman Tuhan” (1:7-8). Dan pesan Allah melalui hambaNya, Hagai, menjadi pemicu untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan itu. Umat dikuatkan oleh Allah untuk bekerja, “Bekerjalah sebab Aku menyertai kamu, demikianlah firman Tuhan semesta alam” (ay 5c), “dan RohKu tetap tinggal di tengah-tengahmu. Janganlah takut!” (ay 6b). Allah juga akan mencukupkan segala kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Rumah Allah itu akan lebih megah dari bangunan Rumah Allah sebelumnya. Dan yang paling penting dari semuanya itu adalah bahwa di dalam dan melalui Rumah Allah itu damai sejahtera dari Allah akan dinyatakanNya kepada umatNya.

Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,

Apa prioritas utama dalam hidup kita? Uang, jabatan, harta, makanan, pakaian, rumah, pendidikan, kesehatan? Jika demikian, Tuhan Allah menjadi urutan keberapa dalam rencana hidup kita?

Dari pembacaan Alkitab saat ini kita melihat bahwa di atas semua perencanaan manusia, Tuhan Allah menginginkan Dia menjadi yang terutama bagi manusia, menjadi prioritas yang paling depan bagi umatNya. Sebab ketika Dia menjadi yang terutama dalam hidup umatNya, maka damai sejahteraNya akan Dia limpahkan bagi umatNya. Kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk membangun kehidupan pribadi, keluarga, jemaat, masyarakat. Akan ada tantangan dan persoalan di dalamnya, tapi janji Allah selalu ada untuk menyertai segala karya baik yang kita lakukan.

Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,

Merayakan dan memaknai minggu-minggu Advent saat ini, kita diingatkan lagi tentang bagaimana Allah menyatakan kasihNya kepada dunia dan segala isinya. Dunia ini, ibaratnya rumah besar yang Allah anugerahkan kepada manusia untuk ditempati, diusahakan, dijaga dan dibangun secara bertanggungjawab. Rumah dimana kita menikmati persekutuan indah bersama dengan semua orang dan semua makhluk ciptaan lainnya. Rumah dimana kita diberi kepercayaan untuk beraktifitas dalam segala tanggungjawab masing-masing.

Persekutuan bergereja adalah juga rumah kita bersama sebagai murid-murid Kristus. Rumah tempat dimana setiap anggotanya saling menguatkan dan mengasihi. Akan tetapi bukan berarti dalam rumah bersama-sama itu – baik dunia ini maupun persekutuan bergereja – adalah tempat yang selalu aman dan nyaman. Di dalamnya ada banyak persoalan, pergumulan, tantangan, ancaman (termasuk pandemi Covid-19), sehingga kita sulit untuk membangun segala hal yang baik. Dan untuk menyelamatkan, menguatkan, memulihkan, menguduskan dan menyatakan pengharapan kepada umat Allah yang ada dalam ‘rumah bersama’ ini, maka Tuhan Allah mengaruniakan Yesus Kristus, Putra TunggalNya bagi kita. Yesus Kristus menyempurnakan dasar bagi damai sejahtera rohani (Kolose 1:20). Dia memberi damai sejahtera di hati dan pikiran kepada orang-orang percaya saat ini (Roma 5:1; Filipi 4:7). Dialah Raja Damai yang akan membawa damai sejahtera kepada dunia (Yesaya 9:6,7). Kedatangan Raja Damai itulah yang kita rayakan dengan segala sukacita iman dan rasa syukur. Karena itu kiranya perayaan dan penghayatan kita akan makna kedatangan Kristus akan memampukan kita untuk menjadikan Yesus Kristus sebagai prioritas utama dalam hidup dan kerja kita.

Tetaplah mengandalkan Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus di setiap saat dan dalam segala sesuatu dengan terus meyakini dalam iman yang sungguh bahwa di dunia ini, di persekutuan bergereja, di persekutuan berkeluarga, Tuhan Allah akan memberikan damai sejahteraNya. Damai sejahteraNya tetap dinyatakan kepada umatNya yang selalu berharap pada kasih dan pertolonganNya. Selamat merayakan Minggu Advent II dalam berkat damai sejahtera Allah. Amin

 

 

 

Tema              :Kedatangan Tuhan menyucikan dan menguduskan kita

Bacaan            :Maleakhi 3:1–5

Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,

Pada hari ini, Minggu 12 Desember 2021 kita memasuki perayaan minggu adven ketiga. Adven berarti penantian tentang kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan yaitu kelahiran Yesus Kristus di tengah-tengah dunia ini dan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali untuk menjemput umat manusia yang percaya kepadaNya.

Bacaan kita pada hari ini, yakni Maleakhi 3:1-5 merupakan nubuatan tentang kedatangan Mesias yaitu Yesus Kristus. Nubuatan ini disampaikan pada masa sesudah pembuangan bangsa Yehuda ke Babilonia, hal ini berarti mereka sudah menetap kembali di tanah Kanaan. Pada waktu itu terjadi kemerosotan moral terutama kemerosotan dalam kehidupan beragama. Mereka beribadah tetapi melakukan apa yang jahat di mata Tuhan seperti mempersembahkan binatang cacat( Mal.1:6-14), pengajaran yang tidak benar dari para imam (Mal.2:10-15), tidak memberi persembahan persepuluhan (Mal.3:6-12).

 

Kedatangan Tuhan menyucikan dan menguduskan.Bagaimanakah?

  1. Tuhan akan datang mendadak (ay.1-2a)

Kelakuan bangsa Yahudi telah menyusahkan hati Tuhan sehingga Dia harus segera bertindak untuk datang menjumpai manusia dengan mendadak. “Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke baitNya”. Dia akan datang, tidak ada yang tahu kapan waktunya tetapi kedatangan-Nya telah dipersiapkan melalui Yohanes Pembaptis sebagai utusan yang mendahului-Nya. Yohanes Pembaptis berseru : “ Persiapkanlah jalan untuk Tuhan luruskanlah jalan bagi-Nya (Mat.3:3).

  1. Tuhan hadir sebagai pemurni logam dan perak (ay.2b-4)

Banyak orang yang memahami bahwa maksud kedatangan Tuhan adalah untuk memberkati manusia dalam bentuk berkat jasmani, tetapi Maleakhi menjelaskan bahwa kedatangan Tuhan adalah memurnikan para pemimpin umat supaya mereka dapat memberi persembahan yang berkenan kepada-Nya. Juga supaya para pemimpin dapat berbakti dengan hati yang suci dan murni. Setelah hati para pemimpin umat disucikan maka persembahan umat Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati Tuhan.

  1. Tuhan hadir sebagai hakim (ay.5)

Maksud kedatangan Tuhan yang kedua adalah sebagai hakim, Dia akan menghakimi semua umat manusia. Allah sendiri akan menjadi saksi bagi tiap orang. Tidak ada satu pun yang tidak diketahui-Nya tentang setiap orang di dunia ini.  Dalam ayat 5 Kitab Maleakhi, Tuhan menjelaskan beberapa dosa yang menajiskan : tukang sihir, berzina, bersumpah dusta, menindas orang-orang upahan, janda, Anak yatim dan mendesak orang-orang asing dengan tidak takut kepada Tuhan. Bangsa Yahudi tidak merasa malu karena dosa-dosa itu, malahan kebanyakan mereka menyetujui dan melakukannya. Mereka belum sadar atau tidak mau mengerti bahwa dosa-dosa yang mereka lakukan terhadap sesama manusia adalah dosa terhadap Allah. Segala macam dosa dibenci Allah. Harus dipahami bahwa yang mendasari semua bentuk dosa dalam diri manusia adalah tidak takut kepada Allah. Manusia adalah ciptaan Allah, karena itu harus bertanggungjawab kepada Allah. Allah berjanji sesuai dengan waktu-Nya sendiri bahwa semua orang akan dihakimi dan dihukum oleh Allah sendiri.

Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,

Hari ini kita memasuki masa raya Adven yang ketiga. Peringatan kelahiran Yesus Kristus sangat dinantikan oleh semua orang percaya. Minggu adven adalah masa yang penuh pengharapan yakni penantian pada kedatangan-Nya. Hal penting untuk direnungkan adalah :

  1. Saat ini adalah masa-masa untuk mengalami penyucian hidup, yakni ketika Tuhan telah hadir dalam diri Yesus Kristus yang menebus melalui peristiwa natal Kristus yang diawali oleh kedatangan Yohanes Pembaptis. Hingga saat ini proses penyucian menuju pengudusan masih berlaku bagi setiap kita dan dunia. Hal ini ditandai dengan pertobatan kepada Allah. Tanpa pertobatan tidak ada pengudusan.
  2. Selagi ada kesempatan, sebelum Ia datang sebagai hakim yakni kedatangan kembali untuk menghukum dan membinasakan mereka yang tidak bertobat maka sangat penting untuk mengambil sikap kembali kepada Allah. Jika masih ada waktu jangan bebal seperti bangsa Israel. Berubahlah. Selagi masih ada waktu Tuhan belum datang untuk menghakimi, kiranya dosa tidak menjadi hobi dan kebiasaan kita.

Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,

Saudara-saudara ketika kita memasuki minggu-minggu adven tersadarlah kita bahwa peringatan kelahiran Yesus Kristus semakin dekat. Jadi bertobatlah dari dosa-dosa kita selagi masih ada kesempatan. Tuhan sudah dekat. Amin

 

 

 

Tema              :Allah Melawat Dan Membawa Kelepasan Bagi UmatNya

Bacaan            :Lukas 1:68-79

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melawat. Bukan kata yang asing bagi kita semua. Melawat identik dengan kunjungan: baik itu ke rumah sakit, penjara, atau gereja. Namun, kata “melawat” ini ternyata muncul dalam sebuah kalimat puji-pujian. Nas hari ini merupakan sebuah pujian Zakharia menyatakan keindahan yang akan terjadi dalam hidup tatkala Tuhan Yesus Kristus lahir ke dunia. Allah menyatakan hal itu dalam nubuat tentang karya keselamatan atas manusia (68-75, 77-79). Nubuat itu menyatakan kelepasan bagi umat-Nya; tanduk keselamatan; terlepas dari musuh-musuh; turunnya rahmat-Nya; dapat beribadah dengan tanpa rasa takut; dalam kekudusan dan kebenaran seumur hidup; pengertian akan keselamatan; pengampunan dosa; serta rahmat dan belas kasihan Allah. Semua itu akan terjadi tatkala Allah melawat umat-Nya lewat kelahiran Yesus Kristus ke dunia. 

Allah melawat umat-Nya dengan penuh rahmat dan keselamatan, khususnya kepada umat Israel. Dia membuka suatu babakan/hari baru dalam hidup manusia. Hidup bangkit kembali. Semuanya siap menjalani hari baru dengan segala dinamikanya. Kehadiran Tuhan Allah lewat Putra-Nya, Yesus Kristus. Dialah yang akan membawa segala keceriaan hidup seperti pernyataan Zakharia dalam nubuatnya.

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Kalimat yang tertulis dalam nas hari ini merupakan perkataan Zakharia. Zakharia memuliakan Tuhan bukan tanpa alasan. Ketika ia memuji Tuhan ia langsung menghubungkan puji-pujiannya itu dengan alasan pujian yang ia naikkan. Pujian Zakaria ini dialaskan pada dua hal: 

Pertama, ALLAH YANG MELAWAT, disini dapat diartikan bahwa lebih dari sekedar Allah mendatangi atau melihat umat manusia tetapi untuk memastikan apakah manusia dalam keadaan yang baik atau bermasalah. Dalam hal ini kata ini sesungguhnya mengarahkan pada maksud penyelamatan atau dengan kata lain melawat berarti mengunjungi untuk menyelamatkan atau memberi pertolongan kepada umat-Nya. 

Proses pelawatan ini sudah terjadi sejak di taman Eden, ketika Allah mendatangi Adam dengan pertanyaan: “dimanakah Engkau?” (Kej. 3). Dan proses pelawatan ini berlangsung terus sampai peristiwa keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir secara besar-besaran). 

Kedua, ALLAH YANG MEMBAWA KELEPASAN

Kata “membawa kelepasan” dapat diartikan bahwa Allah “melepaskan mereka” atau “membebaskan mereka”. Kebebasan yang dimaksud termasuk kebebasan dari penjajahan (pada waktu itu, oleh orang/bangsa lain yaitu Romawi), tetapi mungkin pula ini meliputi kebebasan dari perbuatan-perbuatan yang jahat serta akibat-akibatnya. Bagian ini selanjutnya dihubungkan dengan kata-kata “Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi” yang adalah sebuah kiasan yang sering dipergunakan dalam Perjanjian Lama. Tanduk yang dimaksud di sini ialah tanduk binatang yang kuat, misalnya sapi, yang melambangkan kekuatan atau keperkasaan.

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Dari teks di atas, paling sedikit dua hal penting tentang alasan mengapa Allah melawat umat-Nya, yakni:  Pertama, lawatan Allah menyelamatkan umat-Nya memang merupakan rencana Allah sejak awal oleh karena kesetiaan-Nya terhadap perjanjian-Nya dengan Abraham, nenek moyang Israel (Luk. 1:68-75). Kedua, lawatan itu berkembang luas, tidak lagi menjadi milik satu bangsa, tetapi sudah melampaui batasan bangsa dan berkat-berkat jasmaniah, karena yang dijanjikan-Nya adalah pengampunan dosa, kelepasan dari naungan maut dan anugerah untuk menikmati damai sejahtera-Nya (Luk. 1:77-79).  

Supaya lawatan yang sekarang itu tercapai, Yohanes datang untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan datang melawat  (Luk. 1:76). Yohanes akan disebut sebagai nabi Allah yang Mahatinggi karena pemberitaan-pemberitaan pertobatannya yang menyadarkan umat akan dosa-dosa mereka dan mengarahkan kepada kebutuhan pengampunan dosa, supaya mereka dilepaskan dari ikatan kegelapan dan dituntun kepada kehidupan yang berdamai dengan Allah. Jadi lawatan Allah akan disambut dengan pertobatan sejati, yang akhirnya dilanjutkan dengan ibadah sejati.  

 

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Betapa indahnya, jika kita menjadi seperti yang Yohanes maksudkan dalam pemberitaan-pemberitaannya. Kita tidak hanya akan menjadi pendahulu dan penyiap jalan bagi Tuhan untuk melawat umat manusia, tetapi kita menjadi alat Allah untuk mewartakan Injil di segala situasi dan tempat yang ada. Karena itu, marilah kita mempersiapkan lawatan TUHAN bagi kita untuk membebaskan kita dari segala pergumulan kita. Selamat merayakan Minggu Advent ke IV sebagai wujud syukur kita bagi Allah. Amin

 

 

 

 

Tema              :Damai Sejahtera Yang Memulihkan Dan Menyelamatkan

Bacaan            :Lukas 2:1-20

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Kita bersyukur dan memuji Tuhan karena segala kasih karuniaNya yang memungkinkan kita ada dalam persekutuan sukacita malam Natal ini. Setiap tahun Tuhan memperkenankan kita memasuki peringatan kelahiranNya. Kita berkumpul bersama dengan  semua yang kita kasihi  dengan penuh damai, sukacita dan persaudaraan yang penuh  kasih serta  semangat yang tinggi.

Namun situasi menyambut Natal dua tahun terakhir ini berbeda karena ancaman virus corona. Kebersamaan kita masih dibatasi. Kita harus jaga jarak, tidak bebas memberi salam dengan sentuhan secara fisik (cipika-cipiki), harus memakai masker dan  cuci tangan. Semua kegiatan ibadah dan perayaan berlangsung dalam kederhanaan, sehingga tentu saja kemeriahannya berbeda dengan situasi sebelum covid-19. Namun kita percaya, bahwa situasi ini tidak mengurangi semangat kita dalam menghayati makna kelahiran Yesus bagi dunia ini. Justru ditengah-tengah situasi kesederhanaan dan jauh dari hiruk pikuk  kita dapat  menghayati makna kelahiran Yesus dengan hati yang penuh kedamaian dan kebahagiaan.  Ini bukan sekedar  “berita hiburan” atau “ pembelaan” bagi kita karena kondisi sulit hari ini. Tapi karena  memang kedatangan Yesus kedalam dunia ini berlangsung dalam kesederhaan, sehingga seharusnya disambut dengan kesederhaan pula bukan kemewahan dan pesta pora.

            Meskipun kita masih memiliki beban-beban kehidupan yang biasa kita sebut sebagai pergumulan atau pergulatan hidup, namun melalui malam Natal ini, semuanya terasa ringan dalam semangat syukur  untuk mengingat karya Allah yang terbesar bagi dunia ini melalui kelahiran Yesus Kristus yang membawa keselamatan bagi kita. Karya Allah yang terbesar ini merupakan berita sukacita bagi manusia yang terbelenggu oleh kuasa dosa, yang  tidak mampu lagi menolong dirinya kecuali ditolong Tuhan.

Malam ini, kita diarahkan untuk belajar dari malam ketika berita besar itu disampaikan kepada para gembala dipadang. Seperti biasa para gembala menjaga kawanan ternak mereka dimalam hari. Mereka sedang dalam keadaan terjaga. Mereka tidak sedang tidur. Mereka cukup waspada terhadap keadaan sekeliling, termasuk ketika ada binatang buas yang mengancam domba-dombanya. Keberanian menghadapi segala sesuatu demi keselamatan kawanan domba merupakan bagian dari tuntutan pekerjaan para gembala.

Namun dimalam itu ada sesuatu terjadi diluar dugaan para gembala.  Dimana  keadaan disekeliling mereka terang sekali. Terang yang dimaksudkan bukan karena cahaya bintang atau bulan dimalam hari atau lampu PLN, tapi itu adalah “cahaya kemuliaan Tuhan meliputi mereka”.  Suasana terang itu membuat para gembala penuh  ketakutan karena hal itu belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah sesuatu yang baru pernah mereka alami.

Dan puncak dari situasi menakutkan dan menegangkan ini, malaikat Tuhan mendatangi para gembala dan menenangkan mereka dengan perkataan : JANGAN TAKUT. Mereka harus cukup tenang untuk mendengar isi berita mulia dan akbar bagi segala bangsa : “ Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus,  Tuhan,  di Kota Daud.”  Dan inilah tandanya : Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan kain lampin dan terbaring didalam palungan.

Suasana  ketakutan berubah menjadi sukacita. Kini para gembala menyaksikan pula bagaimana bala tentara sorga memuji Allah. Intinya, bahwa  Allah dimuliakan dalam kekuasaanNya yang Maha Tinggi, dan segala pekerjaanNya menjadi saksi atas segala kebaikanNYa untuk manusia dan seluruh isi dunia ini. Allah berkenan memutuskan rantai perseteruan antara diriNya dengan manusia akibat dosa dan kini Ia menjumpai dunia melalui kehadiran AnakNya, Yesus, Kristus. Inilah damai sejahtera yang seutuhnya dan sepenuhnya yang diterima oleh manusia. Dami sejahtera yang memulihkan dan menyelamatkan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Setelah menyaksikan segala peristiwa yang telah terjadi, para gembala kemudian dimotivasi untuk bergerak, saling mengajak,  : Marilah kita  pergi ke Betlehem…….

Pernyataan ini bukan bertujuan untuk membuktikan berita yang diragukan kebenarannya, melainkan hendak menyaksikan peristiwa yang diyakini segera terjadi. Itulah sebabnya, mereka bergegas-gegas tanpa membuang waktu. Mereka cepat-cepat pergi ke Yerusalem.  Langkah-langkah menyusuri malam yang berujung pada perjumpaan dengan Yusuf, Maria dan bayi itu didalam palungan. Mereka masih diliputi suasana sukacita, mereka pun bersaksi dihadapan semua orang yang hadir dimalam itu. Orang-orang heran akan pemberitaan para gembala ini. 

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Kalau ada seseorang merasa heran dengan kesaksian atau sesuatu yang kita ceriterakan, maka ada kemungkinan, orang itu tidak percaya  dengan kesaksian kita atau ia merasa kita tidak layak atau  ia berpikir mengapa kita yang dipercayakan untuk menyampaikan kesaksian itu bukan orang lain.

Nah, kita dapat memahami  mengapa orang-orang yang mendengar pemberitahuan para gembala tentang kelahiran Yesus menjadi heran. Karena orang-orang itu tidak habis pikir mengapa para gembala yang adalah orang sederhana, yang tidak diperhitungkan dalam masyarakat, pekerjaannya hanya berurusan dengan ternak dipadang, Namun mereka bisa diberitahu oleh Tuhan Allah tentang kelahiran Anak itu. Mengapa karya Allah terbesar bagi dunia ini disampaikan melalui orang-orang sederhana seperti para gembala? 

Saat kembali ke tempat pekerjaan mereka di padang, para gembala itu memuji dan memuliakan Allah. Mereka ada dalam ketakjuban dan pujian kepada Allah. Sebab semuanya berlangsung tepat seperti yang dikatakan malaikat kepada mereka.

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Natal adalah tindakan Allah untuk memulihkan dan menyelamatkan kehidupan  manusia yang telah rusak akibat dosa dan kejahatannya. Natal membawa pengampunan, perbaikan dan pemulihan hubungan antara kita dengan Tuhan Allah, antara kita dengan sesama dan ciptaan lainnya.

Saat ini kita sudah berada dalam ruang damai sejahtera yang sesungguhnya. Karena telah mengalami pengampunan dan pemulihan hubungan dengan Allah melalui kelahiran Yesus Kristus. Persoalan bagi kita hari ini  adalah bagaimana kita menghadirkan damai itu ditengah dinamika kehidupan sehari-hari sebagai tanda terang Kristus telah bersinar atas kita.

Masa-masa sulit yang kita alami hari ini akibat ancaman covid-19 dan sejumlah persoalan hidup lainnya berpotensi menghilangkan damai sejahtera dalam hubungan-hubungan social dan kebersamaan kita ditengah keluarga, persekutuaan dan masyarakat.

Karena itu, kita yang merayakan Natal tahun dipanggil Tuhan untuk menghadirkan   kedamaian itu dalam kehidupan  bergereja dan bermasyarakat yang tentu saja harus diawali dari keluarga kita lebih dulu. Janganlah kita menjadi pelopor  dan pembawa damai sejahtera bagi kehidupan orang lain sementara kehidupan keluarga kita sendiri tidak memiliki damai sejahtera. Tidak rukun dan jauh dari keharmonisan.  Menjadi pembawa  damai sejahtera  itu gampang-gampang sulit. Menjadi gampang ketika sebagai pembawa damai, kita sedang hidup dalam damai sejahtera Allah. Sebaliknya akan menjadi sulit jika kita tidak mengalaminya. Sebab itu,  berdamai dengan diri sendiri sebelum kita mengupayahkan damai sejahtera Allah untuk memulihkan kehidupan dunia sekitar kita  yang sedang dalam kondisi tidak rukun dan harmonis.

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Kita bersyukur karena Tuhan Allah dalam Yesus Kristus datang menjumpai kita yang berdosa ini untuk dipulihkan. Ia tidak sekedar hadir untuk mendamaiakan dan  memulihkan hubungan kita dengan diriNya, tetapi juga sebagai penolong. Ia adalah Tuhan yang mendengar jeritan minta tolong. Ia ada ditengah mereka yang teraniaya, yang terbelenggu oleh ketidakadilan. Ia juga ada ditengah segala upayah kita untuk keluar dari berbagai kemelut hidup.  Karena itu, jangan takut. Tuhan pasti memberi kekuatan dan kemampuan untuk melewatinya.

Dengan kesederhanaan hidup, hati yang terbuka dan kesediaan untuk bersaksi tentang berita Natal yang diterima, para juga menjadi inspirasi bagi kita dalam mengemban setiap peran penggembalaan kita masing-masing, selaku pemimpin ditengah keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan negera.

Mari kita saksikan berita Natal itu bagi sesama dengan menyatakan pengampunan, membangun hubungan baik dengan sesama, jauhkan diri dari perbuatan yang menyengsarakan dan menyakiti orang lain dan hiduplah dalam damai sejahtera Allah yang memulihkan dan menyelamatkan.  Amin

 

 

 

 

Tema              :Bersyukur Atas Penyelamatan Allah

Bacaan            :Mazmur 98:1-9; Yohanes 1:14-18

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Sebagai gereja kita bersyukur kepada Tuhan yang memelihara, melindungi dan menyelamatkan kita dengan tangan KananNya dan oleh LenganNya yang Kudus sehingga dalam situasi pandemi COVID-19 kita boleh merayakan Natal di tahun 2021 ini. Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan berbagai segi kehidupan manusia, tetapi melalui Natal ini Tuhan kita yang ajaib akan membangkitkan harapan untuk tetap percaya bahwa bersama Yesus ada keselamatan.

Pembacaan Mazmur 98 merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kumpulan Mazmur yang menekankan Kekuasaan Allah sebagai Raja (Mzm 95-99). Mazmur 98 ini di tulis untuk mengingat kembali karya penyelamatan Allah terhadap bangsa Israel pada peristiwa keluaran di tanah Mesir memasuki tanah Kanaan. Demikian pula peristiwa penyelamatan Allah yang membawa bangsa Israel ke alam pembebasan dari tanah pembuangan. Kedua persitiwa ini merupakan tindakan penyelamatan yang bertujuan agar kuasa Allah menjadi nyata di seluruh bumi. Hal ini didasarkan pada janji Allah tentang keadilanNya dan penyelamatanNya akan kasih setiaNya kepada bangsa Israel. Peristiwa ini menjadi sumber sukacita pemazmur yang dieksepresikan pada ajakan untuk menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan, yaitu nyanyian yang dinyanyikan dengan segenap hati, disertai dengan pertobatan dan pembaruan hidup.

Ada beberapa kata kerja yang digunakan sejajar dengan kata “nyanyikanlah” tersebut antara lain : bersorak-soraklah (ay 4,6,8), bergembiralah (ay 4), bermazmurlah (ay 5), bertepuk tangan (ay 8). Kalimat ini muncul sebagai respon atas tindakan Tuhan yang ajaib.

58

 

Ungkapan “tangan kanan” dan “lengan yang kudus” adalah lambang kekuasaan, lambang keperkasaan dan kemenangan yang sering digunakan terutama dalam konteks Tuhan tampil sebagai pahlawan, bdk. Yes. 51:9 : “Terjagalah! Terjagalah! Kenakanlah kekuatan, hai tangan Tuhan! Terjagalah seperti zaman purbakala, pada zaman keturunan yang dahulu kala! Bukankah Engkau yang meremukkan Rahab yang menikam naga sampai mati?” Mazmur 89:11 : “Engkaulah yang meremukkan Rahab seperti orang terbunuh dengan lenganMu yang kuat, Engkau telah mencerai-beraikan musuhMu.” Dengan perbuatanNya yang ajaib tersebut, Tuhan menyatakan keadilanNya di depan bangsa-bangsa (ay 2), menyelamatkan umatNya. Ajakan bernyanyi dengan nyanyian baru mencakup mulai dengan umat yang berada di Bait Allah kemudian meluas kepada seluruh manusia, tetapi juga mengajak seluruh alam semesta memuji-muji Tuhan (seluruh bumi, gemuruh laut serta isinya, dan gunung-gunung).

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Perjalanan hidup umat Kristen tentunya banyak hal yang mengajak kita bersyukur dan memuliakan Allah. Namun kemampuan umat Kristen untuk bersyukur dan memuliakan Allah atas keselamatanNya tergantung pada kesadaranNya akan kuasa Allah dan karyaNya. Pemazmur telah memberikan teladan bagi kita yakni sadar akan campur tangan Tuhan yang Ajaib, menyelamatkan dan membebaskan. Ia mengajak umat Tuhan untuk bernyanyi, bermazmur dan bersorak-sorai. Bersyukur kepada Tuhan harus dilandasi dengan iman kepada Tuhan akan kasihNya yang Agung tak terbatas, dalam kehidupan kita dimasa lalu, kini sampai saat ini. Bersyukur atas keselamatan dari kuasa penyakit dan kuasa maut, bersyukur atas pengampunan, bersyukur atas kemampuan untuk berkarya dan melayani, bersyukur atas kemampuan berdampingan dengan orang lain yang aman dan damai.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Mazmur 98 ini mempersiapkan masa penggenapan keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus. Kelahiran Yesus adalah penggenapan keselamatan dari Allah tersebut. Dalam Injil Yohanes menyakisan Yesus itu adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia dan berdiam bersama-sama dengan kita. Melalui dan di dalam Dia kita dapat melihat kemuliaan Allah yaitu kemuliaan yang Allah berikan kepada AnakNya yang Tunggal. Kemuliaan Allah ini mengacu pada kebenaran Allah, kesucian dan kesempurnaan Allah. AnakNya yang Tunggal menunjuk kepada kepribadian Yesus yang Tunggal, artinya hanya Yesus jalan untuk mengenal Allah dan kebenaranNya dan hanya melalui Yesus orang percaya bisa menerima dan menikmati kasihNya.

Allah yang penuh kasih karuniaNya menunjuk kepada kasih yang tanpa syarat, kasih yang dinyatakan pada dunia, kasih yang mengampuni dan menyelamatkan. Oleh sebab itu, pada Natal saat ini mengajak kita untuk bersyukur dan memuji Allah dengan cara yang benar, bersyukur atas keselamatan, bersyukur atas kebahagiaan, kesejahteraan dalam hidup, bersyukur atas harapan menuju sukses. Amin

 

 

 

 

 

Tema              :LIHAT, RASAKAN DAN BERITAKAN

Bacaan            : Lukas 2:21–40

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Apa yang anda perbuat jika sesuatu yang anda rindukan dan harapkan selama bertahun-tahun akhirnya terwujud? Sesuatu yang anda perjuangkan dengan sekuat tenaga dengan banyak mengorbankan tenaga, biaya dan waktu. Apakah itu kesuksesan anak-anak kita dalam Pendidikan,  atau kesuksesan dalam pekerjaan atau dalam hal mencari pasangan hidup, dll. Perasaan sukacita,  bahagia dan bercampur rasa haru itulah yang mewarnai kehidupan kita. Karena penantian yang  cukup lama juga disertai dengan perjuangan-perjuangan mencapai impian itu bukanlah hal yang  mudah.  Tapi akhirnya semua menjadi lega ketika harapan itu menjadi nyata.

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Bacaan firman Tuhan dalam ibadah hari kedua perayaan natal tahun 2021 ini yang terdapat dalam Lukas 2:25–40 yang mengisahkan dua tokoh yaitu Simeon dan seorang nabi  perempuan bernama Hana. Siapakah Simeon? Simeon artinya “ pendengar “.  Bacaan kita ayat 25 dan 26 berkata : “Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh  yang menantikan penghiburan bagi Israel, Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.”  Sedangkan Hana adalah seorang janda tua berusia 84 tahun.  Ayat 37 bacaan kita  di katakan : “Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa  dan berdoa.”  Ternyata bahwa dari sekian banyak orang yang datang beribadah di Bait Allah pada waktu itu, hanya kedua orang inilah yang mampu melihat bayi Yesus  sebagai  Mesias  sesungguhnya  yang telah lama di tunggu.Merekalah tokoh dalam kisah nyata di awal Natalyang memberkati,  bernubuat dan mengabarkan kabar keselamatan kepada semua orang yang menanti pembebasan  Yerusalem. Saat itu tanah Yudea, Pelestina, Syria dan sekitarnya adalah tanah jajahan Romawi. Di  tanah Yudea kota Yerusalem adalah pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan dan keagamaan bagi  orang-orang Yahudi. Kota ini juga menjadi pusat pemerintahan Romawi. Bagi orang-orang  Yahudi, Yerusalem adalah simbol keberadaan karena itu Yerusalem harus bebas, harus merdeka.  Semua penduduk merindukan pembebasan dan kemerdekaan. Termasuk Simeon dan Hana sudah  sejak lama menantikan kedatangan Yesus di muka bumi ini. Kerinduan mereka untuk melihat  Yesus dapat kita lihat dari ketekunan dan usaha mereka dalam menanti kedatangan-Nya. Bahkan  kepada Simeon Roh Kudus menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias dengan  mata kepalanya sendiri. Simeon telah lama dengan sabar dan penuh iman menunggu jawaban atas  permohonannnya kepada Tuhan untuk tetap hidup hingga melihat Sang Mesias, Juruselamat dunia. Ia tidak tahu seperti apakah Sang Mesias itu, atau apakah doanya akan dikabulkan. Simeon terus  menanti dengan pengharapan penuh, hatinya haus untuk bertemu dengan Yesus. Dan pada hari itu  Roh Kudus membimbingnya untuk menuju Bait Allah (27) dan akhirnya bertemu dengan Mesias  yang dijanjikan itu. Ketika Simeon melihat Bayi Yesus yang di bawa masuk oleh orang tuaNya, ia  menyambut Anak itu dan menatangNya sambil memuji Allah, katanya : “Sekarang Tuhan  biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, sebab mataku  telah  melihat keselamatan yang dari padaMu,…” Pujian Simeon ketika bertemu Yesus dikenal dengan  nama : “Nunc Dimittis” (Latin= “Sekarang Biarkan“)  Sedangkan nabiah Hana apa yang di perbuatnya? Ayat 38 bacaan kita dikatakan : “Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang  menantikan kelepasan untuk Yerusalem.”

Saudara-saudara yang diberkati dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus…

Ketika Simeon melihat Bayi Yesus, kelihatan ia begitu bergembira/bersukacita. Ia menyambut dan menatang Yesus dan mulutnya menaikkan pujian bagi Allah. Demikian pula Hana mengucap syukur kepada Allah dan banyak berbicara tentang Yesus kepada orang lain. Mengapa Simeon memuji Allah? Karena matanya telah melihat keselamatan. Mengapa Hana mengucap syukur kepada Allah?  Sekalipun tidak disebutkan dalam bacaan ini, tetapi dapat ditarik kesimpulan bahwa Hana bersyukur untuk alasan yang sama dengan Simeon yakni karena ia telah melihat keselamatan dari Allah. Ya, apabila seseorang telah melihat dan menikmati keselamatan dari Allah, jiwanya harus memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya karena keselamatan adalah pemberian cuma-cuma dari Allah yang nilainya melebihi seluruh isi dunia ini.  Dalam pujian dari yang disampaikan oleh Simeon dikatakan : ”sekarang, Tuhan biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,…” Kalau dalam Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari (BIS) di katakan : “Sekarang, Tuhan, Engkau sudah menepati janji-Mu. Biarlah hamba-Mu ini meninggal dengan tentram.”  Pernyataan Simeon ini mau menyatakan bahwa Simeon siap menghadapi kematian dengan sebuah ketenangan yang luar biasa.  Simeonberkata tentang kematian sebagai“pergi dalam damai sejahtera”, atau dalam  terjemahan BIS : “meninggal dengan tentram.”  Mengapa dia bisa menghadapi kematian dengan damai sejahtera?  Mengapa dia bisa menghadapi kematian dengan tentram? Karena matanya telah  melihat keselamatan itu. Dengan kata lain keselamatan jiwa yang ia peroleh dari Mesias Sang  Juruselamat itu membuat ia tidak merasa takut menghadapi kematian bahkan kelihatannya ia  mengharapkan kematian itu datang dengan segera. Sedangkan dengan Hanas setelah bertemu  dengan Yesus Sang Juruselamat/Mesias itu, ia lalu memberitakannya kepada semua orang yang  menantikan kelepasan untuk Yerusalem.  Orang-orang yang dimaksudkan disini adalah orang- orang yang tergolong dalam kelompok minoritas terkait pandangannya tentang Mesias sebagai Pembebas. Hana menemukan sukacita yang tiada tara dalam Kristus, dan ia mau membaginya dengan  sesamanya. Ini tentu adalah sesuatu pekerjaan yang tidak  gampang  bagi  Hana  mengingat  usianya  yang  sudah  sangat  lanjut.  Tetapi  kasih  dan  sukacita  dalam  jiwanya  mendesak  untuk  tidak  mendiamkan  kabar  keselamatan  itu.

Jemaat yang diberkati Tuhan, dari bacaan firman Tuhan hari ini mari kita merenungkan apa maksud Tuhan  bagi umatNya yaitu  :

  1. Orang yang setia dan taat kepada Tuhan dalam penantian, pasti akan melihat dan merasakan  perbuatan dan karya yang Tuhan nyatakan menurut kehendakNya. Perbuatan dan karya Tuhan  itu bukan hanya untuk sekelompok orang saja atau suatu golongan saja tetapi janji keselamatan  untuk segala bangsa dibawah kolong langit ini (29-31).
  2. Keselamatan yang dirasakan dan dialami dari Tuhan membuat rasa takut akan kematian dan dukacita menjadi hilang. Tetapi membawa semangat dan kekuatan baru untuk menghadapi dan  menjalani pergumulan-pergumulan dunia ini termasuk kematian. (29)
  3. Umat di tuntut untuk tetap menyatakan kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan dalam segala situasi dan kondisi. Baik saat masih kecil sampai pada masa usia lanjut. Baik dalam masa sukar maupun Bahagia, masa untung atau rugi, dst. (25,37)
  4. Umat yang telah dituntun dalam pengenalan secara pribadi dengan Kristus Sang Juruselamat harus berusaha sekuat tenaga untuk menceritakan pada orang lain, dengan demikian orang lain akan hidup pula dalam Kristus dan merasakan damai dan sukacita. (38)

Jemaat yang diberkati Tuhan, seperti Simeon dan Hana, kita juga telah menjalani simbol penantian orang  percaya masa kini akan kelepasan dari dosa melalui masa penantian pada advent  I s/d IV. Saat ini kita telah merayakan natal. Melalui peristiwa natal yaitu kelahiran Kristus adalah proses dimana Allah hadir untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kungkungan dosa. Peristiwa  natal nyata dan bahkan kita mengambil bagian dalam perayaannya.  Dalam karya penyelamatan  Allah itu tidak berhenti pada peristiwa Betlehem saat Yesus lahir dan peristiwa Golgota saat Yesus  di salibkan dan mati. Tetapi karya itu masih terus berproses sampai pada janji akan  kedatanganNya yang kedua kali. Mari saudara-saudara dalam masa penantian akan kedatanganNya yang kedua  kali, kesetiaan dan ketaatan kita Kepada Kristus kiranya tidak pernah pupus dalam segala situasi  sampai kita menerima dan merasakan janjiNya kelak.  Ketika kita sudah melihat dan merasakan  kasihNya, maka janganlah keselamatan dan sukacita itu dipendam tetapi kiranya itu diwujudkan  dalam kesaksian kita pada sesama dan dunia pada umumnya sebagaimana judul khotbah kita yaitu : “LIHAT, RASAKAN DAN BERITAKAN“. Selamat merayakan natal 25 Desember 2021 dan  Selamat menyongsong Tahun Baru 1 Januari 2022. Tuhan Yesus memberkati. Amin

 

 

 

 

Tema              :Kemarin, hari ini dan besok dalam tangan Tuhan

Bacaan            :Ulangan 31:1-8

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Hari ini kita telah berada di tanggal 31 Desember 2021, hari terakhir tahun ini. Tahun 2021 telah kita jalani dalam berbagai situasi. Ada senang dan sedih, ada gembira dan kecewa, ada suka dan duka. Dalam berbagai situasi yang ada, sebagai umat kepunyaan Allah, kita mengaminkan dalam iman bahwa hidup kita ada dalam tangan Tuhan. Hal itu menandakan bahwa kita mengakui kedaulatan sekaligus pemeliharaan Tuhan atas kehidupan umat ciptaanNya, khususnya manusia.

Pemeliharaan Tuhan atas manusia berlaku secara utuh, artinya kehidupan manusia didunia ini diakui atau tidak berada dalam kendali Tuhan Sang Pencipta. Manusia dapat saja mengatakan bahwa hidupnya bisa berlangsung atas kehendak dan keinginannya sendiri. Akan tetapi apapun pendapat kita manusia, kita harus mengakui bahwa kita ada bukan karena keinginan kita, tapi karena Tuhan. Dialah yang menciptakan kita, dan kita umat manusia berada dalam kemahakuasaan dan kendali Tuhan.

Tema renungan kita saat ini adalah : “Kemarin, hari ini dan besok dalam tangan Tuhan”, merupakan pengakuan yang kuat dari kita, bahwa Tuhan adalah Tuhan atas kehidupan kita. Tuhan adalah Tuhan yang mengendalikan hidup kita, yang mengendalikan waktu yang telah kita nikmati hari kemarin, hari ini maupun yang akan kita nikmati hari esok, bahkan sampai selama-lamanya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Pembacaan Alkitab kita saat ini terdapat dalam Kitab Ulangan. Ada berbagai alasan orang memahami tentang Kitab Ulangan, antara lain kitab ini disajikan sebagai perkataan-perkataan terakhir Musa kepada generasi Israel yang siap memasuki tanah yang dijanjikan. Kitab ini juga dipercaya sebagai penyampaian kembali atau pembaharuan hokum yang sebelumnya sudah diberikan oleh Allah kepada Musa di gunung Sinai. Ada juga yang memahami bahwa Kitab Ulangan ini adalah merupakan rangkaian pidato Musa kepada orang Israel, yang menjelaskan hokum Taurat ketika umat Israel masih berada di padang gurun sampai ketika ia meninggal. Dapatlah dikatakan bahwa Kitab Ulangan ini berisi perkataan-perkataan Allah melalui Musa berupa peringatan dan penghakiman serta janji dan berkat.

Secara khusus dalam pasal 32:1-8 ini, berisi perkataan Musa yang disampaikan kepada umat Israel, disaat umur Musa sudah 120 tahun dimana dia sudah tidak dapat “giat” lagi (ayat 1, 2). Umur 120 tahun yang Tuhan berikan kepada Musa, merupakan umur yang panjang, dan dia telah hidup dalam tiga generasi (dalam tradisi orang Israel, satu generasi adalah selama 40 tahun). Itu berarti Musa tidak muda lagi. “Tidak dapat giat lagi” memberi arti bahwa Musa secara fisik tidak kuat lagi, semangatnya tidak seperti diusia generasi kedua ketika dia memulai pekerjaannya memimpin umat Israel melewati perjalanan di padang gurun dan segala suka duka, termasuk harus memimpin umat Israel berperang karena sering dihadang oleh bangsa-bangsa lain menuju tanah perjanjian.

Hal yang menarik dalam ayat 2 ini bahwa Musa ketika “mendengar” suara Tuhan, maka ia rela untuk tidak memimpin dan sekaligus tidak diizinkan melewati sungai Yordan untuk memasuki tanah perjanjian. Musa menerima dengan rela keputusan Tuhan, hal itu menunjukkan ketaatannya kepada Tuhan Allah dan kerendahan hatinya sebagai hamba. Dalam ayat 3-5, dinyatakan bahwa Tuhan telah menyiapkan seseorang yang akan menggantikan Musa, yakni Yosua. Yosua, atas pimpinan Tuhan seperti yang dilakukanNya kepada Musa, akan membawa umat Israel menyeberangi sungai Yordan untuk memasuki tanah perjanjian. Tanah yang dijanjikan Tuhan untuk umat Israel, ternyata butuh perjuangan berat untuk ditempati. Umat itu harus berperang dengan bangsa-bangsa lain sebelum memasuki dan menduduki tanah perjanjian itu, walaupun sesungguhnya bukan umat Israel yang berperang, tetapi Tuhan. Dan Yosua, sebagai pemimpin yang terlatih dan yang telah dipersiapkan, akan memimpin umat Israel menyongsong masa depan ditanah perjanjian. Dalam ayat 6 kita bisa membaca tentang perkataan Musa yang menguatkan umat Israel untuk menghadapi bangsa-bangsa lain, sekaligus sangat berharap kepada Musa sebagai panglima perang mereka yang hebat. Sebagai manusia tentunya umat Israel lebih mempercayai Musa daripada Yosua. Disini kita melihat jiwa besar Musa dalam realitas pengalihan kepemimpinan yang sejuk dan damai, dengan memberi pengertian kepada umat Israel dan menunjuk pada kepemimpinan dan pemerintahan Tuhan Allah.

Perkataan nasihat yang bijak, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, jangan takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” Musa sangat sadar bahwa dia hanyalah alat yang dipakai Tuhan. Kehebatan yang dimilikinya semata-mata dari Tuhan. Karena itu, dia mengingatkan umat Israel untuk melihat kepada Tuhan bukan kepadanya, juga bukan kepada Yosua. Dalam ayat 7-8 menceritakan bahwa Musa memanggil Yosua untuk berada di depan umat Israel dan berkata kepada Yosua disaksikan oleh seluruh orang Israel, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin sampai mereka memilikinya.” Musa mengingatkan Yosua yang akan menggantikan dia untuk meneruskan kepemimpinannya dengan mengingatkan Yosua tentang janji Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyang umat Israel bahwa mereka pasti memiliki tanah perjanjian tersebut. Yosua yang ragu-ragu untuk menerima estafet kepemimpinan dari Musa, menerima penguatan dari Musa, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu” (Ayat 7) “Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan didepanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau, dan tidak akan meninggalkan engkau, janganlah takut dan janganlah patah hati” (Ayat 8). Yosua yang dalam ketakutan dan patah hati, dikuatkan oleh Musa bahwa janji Tuhan berlaku sejak kemarin, hari ini dan besok dalam tangan Tuhan. Kesaksian Alkitab ini menjadi sangat penting untuk memaknai arti penyertaan Tuhan bagi umatNya.

Jemaat yang kekasih di dalam Tuhan,

Ada beberapa hal yang bisa kita dapatkan dari pembacaan Alkitab saat ini :

  1. Tuhan adalah Tuhan atas kehidupan manusia. Dia terus mengendalikan dan memelihara kehidupan kita manusia. Dia jugalah yang mengendalikan waktu kemarin, hari ini, besok dan selama-lamanya.
  2. Tuhan yang berjanji dengan sumpah kepada umatNya, pasti akan digenapiNya. PemeliharaaNya akan terus berlangsung mulai dari nenek moyang kita, dari generasi ke generasi sampai kesudahan alam yakni langit yang baru dan bumi yang baru ketika Tuhan Yesus akan datang kembali.
  3. Umat Tuhan tidak dijanjikan hanya menikmati kesenangan hidup tapi juga kesulitan dan kesengsaraan. Dalam situasi apapun yang kita alami, kita harus percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Semua berlangsung dalam penyertaan dan izin Tuhan.
  4. Dalam Ibrani 13:8 dikatakan, “Yesus Kristus tetap sama baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Dengan demikian kita sebagai gereja meyakini kedaulatan dan janji Tuhan Allah yang telah digenapi dalam Yesus Kristus yang telah datang ke dunia.

Diakhir tahun 2021 dan memasuki tahun yang baru 2022 kiranya kita semua akan terus menerima dan menikmati perlindungan dalam tangan Tuhan. Dia yang telah memberkati kita dan melindungi kita ketika menjalani perjalanan panjang tahun 2021 yang diwarnai berbagai peristiwa, maka Dia jugalah yang akan terus bersama dengan kita dalam menerima, memasuki dan menjalani tahun 2022.

Tuhan akan menjadi pendorong kuat untuk mampu menghadapi tahun yang baru, sekalipun ada banyak tantangan dan pergumulan sebagai pribadi, keluarga, gereja, juga suatu bangsa. Dalam iman yang sungguh, marilah kita terus mengaminkan bahwa kemarin, hari ini dan besok kita akan tetap berada dalam tangan Tuhan. Amin

 

 

 

 

Bacaan : TUHAN adalah Allah Semesta Alam

Tema : Amos 4:6-13

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Kita telah berada di penghujung tahun 2021 dan menanti untuk memasuki ambang tahun 2022. Keberhasilan, kegagalan, keterbengkalaian dapat menjadi hasil penilaian, bila kita hendak mengukur kemampuan kita sepanjang tahun 2021. Adakalanya kita menginginkan waktu yang lebih panjang untuk menuntaskan karya yang telah dikerjakan.

Akan tetapi, batasan waktu selalu harus diperhitungkan. Waktu dan karya berkaitan erat, karena dalam batasan waktu satu tahun diperoleh gambaran pengalaman nyata dari apa yang sudah kita diperoleh gambaran pengalaman nyata dari apa yang sudah kita kerjakan. Peralihan waktu antara tahun yang akan silam dan bentangan tahun yang akan datang, dapat dijadikan perenungan akan pengalaman-pengalaman hidup kita. Sadar atau tidak, dalam perenungan itu akan kita akui bahwa waktu adalah pemberian Tuhan, oleh karena itu harus diisi dengan cermat. Dalam perenungan itu juga kita dapat mengingat apa saja yang sudah Tuhan berikan bagi kita dan apa yang sudah kita kerjakan bagi Dia dan dunia ciptaanNya. Tidak terhitung yang telah Tuhan berikan bagi kita. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah, apakah yang sudah kita lakukan untuk menjawab atau membalas berkatNya bagi kita? Apakah kebaikan atau keburukan sebagai jawaban kita untuk segala berkatNya itu?

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Mari kita belajar dari Kitab Amos, bagaimana tingkah laku dan perbuatan umat Israel kepada Tuhan dan sesama manusia. Amos berasal dari Tekoa, dia dipanggil oleh Tuhan ketika sedang giat-giatnya bekerja sebagai peternak domba dan pemungut buah ara hutan. Ia hidup pada masa dimana kerajaan Israel Utara sedang mengalami perkembangan ekonomi di bawah pemerintahan Raja Yerobeam II. Pada masa itu, para pedagang dan elite politik menjadi kaya raya dan semua berlomba membeli tanah, membangun rumah megah, mengejar kemewahan, sementara rakyat biasa makin miskin.

Amos disuruh oleh Tuhan, untuk bernubuat kepada umat Tuhan, tapi juga bagi bangsa-bangsa lain yang ada disekitar bangsa Israel. Berita nubuatan itu adalah kabar penghukuman dari Tuhan Allah. Umat Israel telah melakukan begitu banyak kesalahan, kesalahan mereka disebut “perbuatan jahat”, yakni tindakan yang membatasi ruang hidup manusia lain, mencelakakan sesama, menindas orang miskin dan lemah, melakukan tindakan amoral, hidup dalam pesta pora dan kemewahan, tidak mau ditegur, tidak jujur, menerima suap dan menganiaya sesama.

Dalam kehidupan keagamaan, mereka beribadah dengan berziarah sambil membawa berbagai kurban ke tempat suci di Betel dan Gilgal. Jamuan disediakan, musik diperdengarkan, pemberian korban dipamerkan dan berkat diharapkan, seakan-akan perkenanan Allah dapat “dibeli”. Untuk semua ritual keagamaan yang mereka lakukan, Tuhan Allah dengan tegas mengatakan bahwa Dia membenci perayaan, perkumpulan, korban-korban dan nyanyian-nyanyian umat (5:21-23).

Sungguh luar biasa perbuatan umat Tuhan sebagai jawaban atas kasih dan berkat Tuhan. Tuhan begitu baik bagi mereka, kelimpahan berkat dinyatakanNya tapi semua itu diabaikan oleh umat Israel. Atas apa yang telah mereka perbuat, sekarang saatnya Tuhan menyatakan penghukumanNya. Hukuman Tuhan dinyatakan melalui beberapa cara yaitu : kekurangan makanan (ayat 6), mengalami musim kering (ay 7, 8), tanaman gandum diserang hama, kebun anggur menjadi layu, pohon-pohon ara dan pohon-pohon zaitun dimakan habis oleh belalang (ay 9), penyakit sampar, pembunuhan para teruna, kuda-kuda dijarah, tempat perkemahan dibuat berbau busuk (ay 10), dan kota-kota di jungkirbalikkan serta dibumi hanguskan (ay 11). Semua bentuk penghukuman itu Tuhan berlakukan kepada umat Israel, namun mereka tetap hidup dalam kejahatan dan tidak mau berbalik kepada Tuhan Untuk semua perbuatan jahat dan kekerasan hati mereka, melalui nabi Amos, Tuhan mengingatkan umatNya, agar “bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel” (ay 12). Mereka akan bertemu dengan “Tuhan yang membentuk gunung-gunung dan menciptakan angin, yang memberitahukan kepada manusia apa yang dipikirkanNya, yang membuat fajar dan kegelapan, dan yang berjejak di atas bukit-bukit bumi” (ay 13). Dengan kata lain, mereka akan bertemu dengan Tuhan semesta alam, bertemu dengan Sang pemilik waktu dan kehidupan manusia, bertemu untuk menerima konsekuensi atas segala sesuatu yang telah mereka kerjakan selama hidup mereka. Pada akhirnya, Tuhan akan secara langsung meminta pertanggungjawaban umatNya terhadap waktu dan hidup yang telah dianugerahkanNya kepada mereka.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Melalui pembacaan Alkitab saat ini, kita belajar bahwa Allah yang Maha Kasih, mengasihi umatNya dengan kasihNya yang agung dan mulia. KasihNya sudah kita nikmati disepanjang tahun 2021 ini. Dia memberi waktu untuk kita berkarya, belajar, bergaul, berjuang dan melakukan banyak hal. Ada hal-hal baik yang kita kerjakan untuk menjawab kasih dan kesempatan menikmati hidup anugerah Tuhan. Tapi tidak jarang juga ada hal jahat yang kita lakukan di perjalanan waktu tahun ini. Tuhan Allah memproses kita agar kita tidak tinggal tetap dalam kejahatan dan dosa. Dia menyatakan banyak hal bagi kita, entah itu melalui kegagalan usaha, sakit penyakit, penderitaan, kematian, kekurangan, bencana alam dan berbagai kesulitan lainnya, dimana semua itu merupakan cara Allah untuk mendisiplinkan, memurnikan dan memanggil kita agar kembali pada jalan dan kehendakNya. Ada kalanya kita bertobat, tapi ada kalanya kita mengeraskan hati untuk tidak mau berbalik kepada Allah. Padahal yang harus kita sadari adalah bahwa segala tindakanNya itu Dia lakukan karena kasihNya bagi kita. Dia mengasihi kita walau berdosa. Dia mau menyelamatkan kita, Dia rela menanggung dosa-dosa kita. Dan semua itu dinyatakanNya di dalam dan melalui AnakNya, Yesus Kristus, yang lahir dalam kerendahan, melayani dalam kesederhanaan, menderita dalam ketidakberdayaan, mati dalam kehinaan, namun yang bangkit mengalahkan maut dalam kemenanganNya yang gilang gemilang. KasihNya mengatasi apapun termasuk kuasa dosa yang menghalangi hubungan kita dengan Tuhan Allah semesta alam, hubungan kita dengan sesama, hubungan kita dengan alam ciptaanNya.

Di ibadah perjamuan kudus akhir tahun saat ini, marilah kita merenungkan kembali apa yang sudah Tuhan Allah kerjakan, nyatakan dan anugerahkan bagi kita di sepanjang tahun 2021 ini sebagai anggota-anggota sidi jemaat, baik itu kebaikan ataupun hukuman Tuhan bagi kita. Hal itu untuk menyadarkan kita, bahwa dalam situasi apapun, Tuhan tetap ada bagi kita untuk memberikan berkatNya tapi juga terus mengarahkan kita agar tetap hidup sesuai dengan ketetapanNya dan selalu berjalan pada jalan yang dikehendakiNya. Tuhan yang adalah Allah semesta alam, yang telah memberkati perjalanan waktu dan hidup kita di tahun ini, juga akan memberkati perjalan waktu dan hidup kita di masa yang akan datang. Amin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini

Link Afiliasi

Pengunjung

Agenda

 

SIDANG SINODE

Tempat : Jemaat Betesda Apal, Klasis Buko

Waktu : 19-25 Januari 2025

 

MAJELIS PEKERJA HARIAN SINODE GPIBK

Ketua:
Pdt. Anasir Suayong, S.Th, M.Th

Wakil Ketua I: Pdt. Hanok SK Maasi, S.Th

Wakil Ketua II: Pdt. Masye E. Pangkey, S.Th.,M.Th

Sekretaris:
Pdt. Beni Mombilia, S.Th

Wakil Sekretaris: Pdt. Yulis See, M.Th

Bendahara:
Pdt. Bernabas Sooai, S.Th

Wakil Bendahara: Pdt. Estinance Sondek, S.Th

MAJELIS PERTIMBANGAN

Ketua: Haran Pea, SH

Sekretaris: Pdt. Ruben Matade, S.Th

Anggota: Pdt. Efraim Baideng

MAJELIS PENGAWAS PERBENDAHARAAN

Ketua: Ir. Kondrad D Galala, MM

Sekretaris: Pdt. Yorim Yolisan

Anggota: Rasmon Baideng, M.Pd

Statistik
  • Jumlah gereja/jemaat: 131 jemaat
  • Jumlah anggota jemaat: 45.980 jiwa

Peta Lokasi